Puisi Favorit: Doa Karya Amir Hamzah
Masih ingat dengan pelajaran sastra tentang pujangga baru? Dulu waktu SMP, guru kami mengenalkan dengan sosok S-A-S-A yaitu Sanusi Pane, Amir Hamzah, Sutan Takdir Alisjahbana dan Armijn Pane. Mereka memberikan warna pada dunia sastra Indonesia sekitar tahun 1930-an. Jika pada angkatan Balai Pustaka, budaya Melayu cukup kental dengan kisah-kisah perjodohan paksa, merantau, pada pujangga baru telah diwarnai oleh nasionalisme dan optimisme pada Indonesia baru. Tokoh wanitanya juga digambarkan memiliki pendirian yang kokoh dan berpikiran modern seperti para tokoh wanita di Layar Terkembang. Di antara keempat sastrawan tersebut, favorit saya Amir Hamzah.
Saya mulai jatuh cinta dengan karya Amir Hamzah sejak duduk di bangku SMU. Di perpustakaan Smunsa Malang, ada buku yang mengulas tentang sosok Amir Hamzah juga beberapa karya puisinya yang terkenal. Buku kumpulan puisinya yang paling terkenal adalah Buah Rindu dan Nyanyi Sunyi.
Dalam buku tersebut digambarkan bahwa Amir Hamzah sebenarnya berdarah biru.Darah bangsawannya ini ia peroleh dari Kesultanan Langkat yang ada di Sumatera Utara. Setelah dewasa ia merantau ke Pulau Jawa dan bersama ketiga sejawatnya menerbitkan majalah Pujangga Baru. Meski karirnya di dunia sastra cukup sukses, tidak demikian dengan kehidupan asmaranya. Hubungannya dengan gadis Jawa kandas karena ia dijodohkan dengan seorang puteri sultan. Namun, karena kesetiaan istrinya, lama-kelamaan tumbuh cinta pada Amir Hamzah pada istrinya.
Ada beberapa karya puisinya yang saya ketik waktu SMU. Tema-tema puisinya dalam Buah Rindu tersebut kebanyakan adalah tentang spiritual dan cinta kasih. Naasnya meskipun sosok Amir Hamzah dikenal lemah lembut, kematiannya cukup tragis di tangan penjajah Belanda. Berikut salah satu puisinya dalam buku kumpulan puisi Buah Rindu.
“Tuhanku, suka dan ria
Celak dan senyum
Tepuk dan tari
Semuanya lenyap, silam sekali.
Gelak bertukarkan duka
Suka bersalinkan ratap
Kasih beralih cinta
Cinta membawa wasangka…
Junjunganku apatah kekal
Apatah tetap
Apatah tak bersalin rupa
Apatah baqa sepanjang masa…
Saya bertemu lagi dengan puisi Amir Hamzah waktu bergabung dalam PSM ITS. Ada satu puisi Amir Hamzah yang digubah menjadi lagu. Dan lagu tersebut sangat indah dan syahduh ketika dibawakan secara koor, meski lagunya tergolong sulit. Lagu ini salah satu lagu favorit saya selama empat tahun di PSM. Judulnya adalah Doa yang ada dalam buku kumpulan puisi Nyanyi Sunyi. Berikut puisinya ketika digubah jadi lagu.
Doa
Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita, Kekasihku
Dengan senja samar sepoi, pada masa purnama meningkat naik
setelah menghalaukan panas payah terik
Angin malam menghembus lemah, menyejuk badan, melambung rasa
menanyang pikir, membawa angan ke bawah kursimu
Hatiku terang menerima katamu, bagai bintang memasang lilinnya (memasang lilinnya)
kalbuku (kalbuku) terbuka menunggu kasihmu
bagai sedap malam menyirak kelopak
Aduh (aduh) kekasihku (kekasihku isi hatiku)isi hatiku,
dengan katamu penuhi dadaku dengan cahayamu
Biar bersinar mataku sendu (mataku sendu)
biar berbinar gelakku rayu
Gambar buku diambil dari ahmaduhsun.blogspot.com
Share this:
Terkait
~ oleh dewipuspasari pada Maret 5, 2014.
Ditulis dalam Resensi Kaset/CD/DVD. Lain-lain
Tag: amir hamzah, doa, nyanyi sunyi, puisi, pujangga baru
indah meresap ke Kalbu, pernah ada dijamannya bagi saya yang lahir bukan dijamannya, hanya bisa belajar melatih hati dan perasaan untuk dapat merasakan keindahannya. salam Fatwa Pujangga, commennya terlambat sudah 3 tahun
puisinya bahasanya indah pada masa sastra lama dan era awal sastra baru