Ketika Monyet BersinšŸ’

Ulah monyet kadang-kadang membuat tertawa, jengkel, dan trenyuh. Mereka banyak tinggal di hutan tapi entah sejak kapan mereka juga mulai suka mendatangi tempat-tempat wisata seperti curug alias tempat terjun atau yang juga disebut coban. Mereka juga kadang-kadang singgah di vila-vila demi makanan.

Di Malang dulu ada tempat wisata yang menjadi sarang monyet. Namanya Pemandian Wendhit. Aku takut kembali ke sana karena monyet-monyetnya ganas. Dulu ada beberapa monyet mengerubungi kami. Aku yang waktu itu masih kecil takut melihat monyet merampas tas plastik isi kue-kue kesukaanku. Aku takut sekaligus sedih.

Tapi pengalaman paling tidak enak dengan monyet ketika mereka tiba-tiba hinggap di pundakku. Cakar mereka terasa tajam dan menusuk-nusuk pundakku. Cakar mereka juga menarik-narik rambutku. Aku ketakutan sekaligus kesakitan. Sejak itu aku menjaga jarak dengan mereka. Tapi tetap aku tak membenci mereka. Aku menghargai mereka sebagai hewan liar.

Di tempat-tempat wisata di Malang dan berbagai daerah yang bernuansa pegunungan kini juga banyak diisi monyet. Di air terjun Tawangmangu, Kakek Bodo, dan juga Coban Randa setiap jam-jam tertentu mereka turun dari hutan-hutan menuju tempat wisata. Ada yang sambil menggendong anaknya mendatangi pengunjung. Mereka hadir untuk makan. Mungkin makanan di hutan sudah susah dicari atau mereka sudah terpapar makanan manusia. Gara-gara mulai banyak monyet ini aku jadi enggan jika diajak ke Coban Randa.

Ketika ke Baluran, rupanya juga banyak monyet. Mereka berada di dekat wisma dan di tempat makan. Mereka juga mengemis di jalanan menuju Baluran. Entah kenapa aku jadi merasa kasihan. Mungkin makanan di gunung dan hutan semakin tidak banyak. Sementara populasi mereka terus meningkat.

Kini ketika aku berada di sekitaran Gunung Bunder yang masuk Taman Nasional Halimun, aku juga bertemu kawanan mereka. Mereka awalnya datang berombongan menghampiri aula makan. Mereka mengambil makanan yang berlebih kemudian mulai mengaduk-aduk tempat sampah.

Sepertinya mereka belum begitu kenyang, mereka lalu menghampiri tenda kami. Kue-kue yang ada di luar pun menjadi sasaran. Mereka juga mengambil obat masuk angin sachet. Eh kayaknya ada yang sudah meminumnya dan kemudian kaget lantas membuangnya hahaha.

Ketika menuju curug kulihat sekawanan mereka duduk di jembatan. Wajah mereka nampak sedih. Aku jadi kasihan. Mungkin mereka memang masih lapar.

Malam-malam mereka datang kembali. Tenda lainnya jadi sasaran. Monyet itu bersin-bersin kayaknya pilek dan masuk angin. Kasihan…

~ oleh dewipuspasari pada November 23, 2019.

Tinggalkan komentar