Animasi Buatan Mongolia, Tibet, dan Bhutan, Adakah?
Tidak banyak referensi tentang animasi produksi rumah produksi atau animator Mongolia, Tibet, dan Bhutan. Tapi rupanya ada.
Sejarah animasi Mongolia rupanya mulai tahun 1975 dengan judul “Zherebyonok” alias “The Colt”. Amimasi ini menggunakan boneka. Lalu ada proyek kerja sama dengan Rusia pada tahun 1987 dengan animasi pendek berjudul “Mysh i verblyud”, tentang perlombaan antara unta dan tikus. Animasi ini dibesut oleh S. Myagmar dan Vladimir Pekar.
Pada tahun 1990-2000an industri film di Mongolia tenggelam, kemudian mulai bangkit lagi. Animasi mulai kembali dilirik pada beberapa tahun terakhir.
Lalu ada serial animasi berjudul “Maamuu” yang tayang di Canada Kids Film International Festival 2017. “Maamu” artinya adalah bayi. Animasi ini memang dikhususkan buat anak-anak.
Lalu ada “Mora”, “Bumbardai” dan “Genkhis Khan” yang masing-masing dirilis tahun 2018, dan dua yang terakhir pada tahun 2019.
Film animasi “Mora” adalah animasi panjang berdurasi 80 menitan. Film ini bercerita tentang pemuda bernama Tergel yang membuat robot terbang bernama Mora. Gambar animasi yang disutradarai oleh Shijir Jargalshaikan ini sudah cukup bagus, dengan coretan gambar khas Mongol. Ada unsur kultur di dalamnya, seperti alat musik khas Mongolia. Film ini diproduksi Amjilt Animation Studio.
Yang terpopuler adalah animasi “Gengkhis Khan”, tokoh terpopuler dari Mongolia. Film ini dibesut oleh Tengis Buyan-Ulzii dengan desain karakter yang khas Mongolia. Grafisnya juga bagus dan halus. Garapan Ocean Pictures ini menggabungkan cerita nyata asal mula Temujin sebagai panglima perang dan pemimpin digdaya juga ada unsur fantasi.
Bagaimana dengan Tibet?
Hampir sama dengan Mongolia, industri animasi Tibet juga hadir lima tahun terakhir. Ada serial animasi pada tahun 2017 mengemukakan tokoh legendaris Tibet, Agu Dainba atau Akhu Tonpa. Film animasi berjudul “Akhu Tonpa” ini menggunakan stop motion dengan boneka clay. Ia dikenal sebagai sosok yang banyak berjasa dalam masyarakat.
Lalu juga ada “Yarlung”, animasi pendek yang sukses masuk kurasi Ottawa International Film Festival 2020. Animmasi ini menggunakan warna monokrom. Ceritanya ada tiga anak berkaitan dengan Sungai Yarlung. Ada simbol-simbol di dalam animasi ini.
Nah yang terakhir bagaimana dengan negara Bhutan, apakah mereka memiliki karya animasi?
Rupanya ada. Lagi-lagi juga baru berkembang lima tahun terakhir. Judulnya adalah “Drukten: The Dragon’s Treasure” yang diangkat dari cerita rakyat populer berjudul “Four Harmonious Friends” (Thuenpa Puenzi). Keempat sahabat melakukan perjalanan untuk menyelamatkan pohon. Ini merupakan animasi 2D yang dirilis tahun 2016.
Animasi lainnya dari Bhutan yakni “Oye Penjor” yaitu animasi edukasi tentang AIDS. Lalu ada “Ap Bokto” (2014) karya Athang Animation Studio. Animasi “Ap Bokto” besutan Karma Dhendup juga kental akan muatan lokal. Juga ada “In a Park” (2017) animasi pendek tentang anak-anak yang jago menggunakan gawai.
Wah ketiga negara tersebut rupanya juga jago bikin animasi. Indonesia juga jangan kalah ya.
Gambar dari Gogo Mongolia, NextShark, Kunsang Kyirong, YouTube
wua aku nonton nih trailer Gengis Khan, bagussss animasinya! industri film animasi terus berkembang nih ya kak, mongolia, tibet dan bhutan juga terus eksplorasi kualitas film animasinya
Siti Wulandari said this on November 15, 2021 pada 16:45 |
Yup jangan sampai animator Indonesia terus berpuas diri, ayo terus melaju karena negara-negara lainnya animasinya juga terus berkembang.
dewipuspasari said this on November 16, 2021 pada 22:27 |
Biasanya MamaWie nonton film animasi ini sama abank haidar dan disini kita harus paham betul karena abank tuh tipe orang yang keingin tahuan nya besar jadi nanya mulu.
Sadewi Handayani said this on November 15, 2021 pada 07:20 |
Hehehe iya gpp, anak-anak biasanya ingin tahunya besar.
dewipuspasari said this on November 16, 2021 pada 22:29 |
Aku suka film2 anaimasi gini. Malah bercita2 bisa bikin animasi gitu. Keren bngt ya. Indonesia pastinya gk kalah. Krn skg sdh bnyk film2 animasi buatan anak negeri sendiri
Fania surya said this on November 14, 2021 pada 14:57 |
Waahh..aku malah sama sekali baru tau lho tentang animasi dari ketiga negara yg mbak tulis ini. Taunya animasi dari negara tetangga dan negara Jepang atau Amerika.
Hida said this on November 14, 2021 pada 13:36 |
EALAH KECE BANGET!! Sebagai orang dewasa yang masih sungguh menggemari animasi, ini bisa jadi tontonan alternatif nih
Sintia Astarina said this on November 12, 2021 pada 22:03 |
Ternyata animasi buatan mereka nggak kalah keren dengan animasi buatan negara lain ya. Pelecut buat Indonesia juga nih agar industri animasinya makin maju dan melahirkan banyak karya-karya berkualitas.
Deny Oey said this on November 11, 2021 pada 13:52 |
Setuju Denny
dewipuspasari said this on November 11, 2021 pada 22:43 |
wah aku kok malah suka Yarlung”, pantesan aja dia masuk animasi pendek yang sukses masuk kurasi Ottawa International Film Festival 2020.
Aku suka karena unik, warna monokrom, dan banyak simbol-simbol di dalam animasi ini.
ameliatanti said this on November 11, 2021 pada 10:37 |
Gambarnya unik ya. Semoga jadi pemacu industri animasi Indonesia bahwa negara Asia Timur selain Jepang dan China juga makin maju industri animasinya.
dewipuspasari said this on November 11, 2021 pada 22:43 |
Animasinya lucu dan kreatif ya kak, semoga di Negara kita juga nanti makin banyak animasi yg bisa memberikan manfaat untuk penontonnya.
Ria Handayani said this on November 10, 2021 pada 05:22 |
Yup kak Ria, negara lain rupanya juga maju industri animasinya, Indonesia jangan lekas berpuas diri.
dewipuspasari said this on November 11, 2021 pada 22:41 |