Menjajal Jadi Anak Bus

Dalam melakukan perjalanan jauh jika dihitung-hitung, aku jarang melakukan perjalanan dengan kendaraan pribadi. Aku lebih sering naik transportasi umum seperti pesawat, kereta, feri, dan bus. Kini aku belajar menjadi anak bus.

Dulu aku lebih sering naik pesawat karena lumayan beruntung beberapa kali dapat tiket promo. Namun, pada masa pandemi tiket pesawat untuk perjalanan di Jawa rasanya luar biasa mahal dan tak kunjung turun. Akhirnya aku menurunkan standarku meski imbasnya durasi perjalanan jadi bertambah panjang. 

Aku kemudian memilih naik kereta. Beberapa kali aku naik KRL nyambung kereta lokal dan kapal feri untuk perjalanan ke Lampung. Baru dari pelabuhan, aku bisa lanjut bus atau dijemput. Total biaya naik ojol plus KRL plus kereta lokal dan tiket kapal feri adalah sekitar Rp125ribu apabila aku naik dari Stasiun Tanjung Barat dan memilih naik kapal feri yang eksekutif. Harga tiket yang reguler jauh lebih murah hanya waktu tempuh hampir dua kali lipat yakni sekitar tiga jam. 

Tiket bus dari pelabuhan ke terminal pusat kota sekitar Rp60 ribu. Jadinya biaya Jakarta ke Lampung masih di bawah Rp200 ribu. Hanya memang durasi perjalanan lumayan lama sekitar 15 jam perjalanan hingga ke pusat kota Bandar Lampung. 

Pasangan sering naik bus Damri belakangan. Tiketnya yang eksekutif kursi 1-2 itu Rp390 ribu. Biasanya ia berangkat pukul 20.00 dan tiba sekitar pukul 02.00-04.00 bergantung apakah segera dapat feri atau harus menunggu lama. 

Ya, tarif bus Damri mungkin tak beda jauh dengan tiket pesawat jika sedang beruntung. Harga tiket pesawat termurah bisa Rp450 ribu. Namun itu belum termasuk naik bus Damri sekitar Rp95 ribu atau naik taksi. Belum lagi pesawat dengan tarif tersebut sering kali delay. Aku pernah alami delay hampir empat jam ketika memilih harga tiket pesawat yang termurah kala itu hiks. Ya naik pesawat kadang tak selalu lebih cepat. 

Ketika menuju kampung halaman tahun lalu dan ke Yogya, aku menggunakan kereta alih-alih pesawat. Aku juga menurunkan standarku, tak menggunakan kereta eksekutif melainkan kereta ekonomi yang 2-2 dan tak berhadapan. Harganya masih lumayan, tapi tak semahal kereta eksekutif yang Rp700-800 ribu kini. Ketika ke Yogya aku juga naik kereta ekonomi yang di bawah Rp200 ribu. Yang penting tak hanya hemat, tapi juga cukup aman dan nyaman. 

Kemudian aku mencoba naik bus. Yang kusuka dari bus adalah jadwal keberangkatan yang lebih fleksibel dari kereta. Jadwal perjalanan dari Jakarta ke Malang rata-rata siang dan sore hari dan sampai di Malang rata-rata pagi. Aku malu pagi-pagi tiba dengan wajah kumal. Apalagi di Malang pukul 08.00 pagi rasanya sudah begitu terang. 

Waktu singgah ke Yogya dari Malang, aku naik kereta pagi sekitar pukul 05.30. Sampai di Yogyanya tengah hari. Demikian pula ketika berangkat dari Yogya tengah malam, sampai di Jatinegara sekitar pukul 06.00. Sudah pagi sih tapi matahari belum tinggi di Jakarta. 

Nah jika naik bus aku bisa memilih pagi-pagi sekitar pukul 6-7 pagi, atau siang hari, juga bisa sore atau malam hari. Beberapa kali keberangkatan aku memilih pagi hari. Sampai di Malang sekitar pukul 20.00 WIB. Tarifnya untuk yang kelas eksekutif berkisar Rp420 ribu hingga Rp650 ribu. Biasanya dapat snack, makan satu kali, kemudian juga bantal dan selimut. Lumayan hemat sih menurutku. Tak jauh beda tarifnya dengan kereta ekonomi premium. 

Awalnya aku merasa mual naik bus. Kemudian aku selalu minum obat pereda mabuk jalanan sebelum berangkat. Sayangnya efeknya aku jadi mudah mengantuk selama perjalanan. 

Ketika menuju Lasem, pilihan satu-satunya ke sana adalah naik bus. Jika naik kereta harus ganti bus lagi. Sedangkan naik pesawat juga luar biasa mahal dan juga masih naik bus juga. Intinya kota tersebut sulit diakses dari Jakarta. Lagi-lagi aku naik bus. Tarifnya sekitar Rp230 ribu. 

Ehm memang naik bus juga tak selalu menyenangkan. Sama sih, seperti naik transportasi umum lainnya seperti kapal feri yang mesin bermasalah sehingga harus nunggu lama kapal feri berikutnya, pesawat yang delay, atau penumpang sebelah kereta yang mungkin bikin tak nyaman atau jadwalnya juga terlambat. Mau kesal tapi gimana ya. 

Mungkin lain waktu akan kubagikan cerita pengalaman naik tiap-tiap operator bus. 

 

 

 

~ oleh dewipuspasari pada Juli 8, 2025.

Tinggalkan komentar