Milih Mengerjakan Atau Tidak

Masa SMU kelas tiga merupakan masa yang unik. Bingung campur stres, memikirkan ujian yang kian dekat, namun banyak bertebaran tawa canda. Apalagi tahun ini kami punya guru yang asyik-asyik. Salah satunya guru matematika. Beliau lucu sekaligus bikin tegang. Apabila beliau datang, suasana kelas yang hingar-bingar, segera berubah menjadi kamar mayat, walau di sana-sini masih terdengar tawa sembunyi-sembunyi. Kawan-kawanku yang masih berkeliaran di luar kelas, digiringnya bak sekumpulan biri-biri.
Pelajaran hari itu dimulai. Beliau mengumumkan bahwa pertemuan berikutnya akan diadakan ulangan harian.
“Model soalnya bagaimana, Pak?”
“Soalnya milih!’
Hore. Temanku bersorak riang. “Pokoknya kalian belajar. Soalnya mudah!”
Akhirnya hari itu tiba. Beberapa temanku gelisah mengapa lembar soal belum dibagikan seperti halnya model soal obyektif.
“Soal pertama, catat!”
“Lho Pak soalnya kan milih”, protes temanku.
“Iya, milih mengerjakan atau tidak.”
Walhasil teman-temanku melongo, beberapa malah tertawa geli.
Tigapuluh menit berlalu. Walaupun hanya empat nomor banyak yang belum menyelesaikan pertanyaan satu pun.
“Bagaimana anak-anank, soalnya mudah, kan?”
“Sulit Pak!”
“Diganti Pak!”
“Enak saja. Kan Bapak sudah bilang soalnya mudah. Mudah-mudahan bisa.”
Ha.. ha.. ha… gelak tawa terdengar. Ekspresi teman-temanku berbeda-beda. Ada yang sewot, mau menangis, dan tersenyum pahit seperti aku.

bushet deh…
hahahahaha……….. Pak Sus khan..???