Legenda di Seputaran Telaga Warna-Dieng
Kawasan Puncak Dieng di Wonosobo, Jawa Tengah memiliki banyak panorama alam menakjubkan. Di antaranya Telaga Warna dan Telaga Pengilon. Di seputaran dua telaga ini terdapat beberapa gua alam yang menyimpan legenda dan suasana mistis.
Telaga Warna akan menyambut para wisatawan yang berkunjung ke daerah wisata ini. Disebut Telaga Warna karena memiliki keunikan tersendiri berkaitan dengan warna telaga. Terkadang berwarna hijau dan kuning, biru dan kuning, atau berwarna-warni mirip pelangi. Variasi warna ini dipengaruhi cuaca, waktu dan tempat melihatnya.
Menurut masyarakat setempat, ada suatu kisah yang menyebabkan warna danau alias telaga itu berwarna-warni. Konon, dahulu ada cincin milik bangsawan setempat yang bertuah namun terjatuh ke dasar telaga.
Sementara dari kajian ilmiah, telaga ini merupakan kawah gunung berapi yang mengandung belerang. Akibatnya, bila air telaga terkena sinar matahari akan dibiaskan menjadi warna-warni yang indah.
Saat kami menuju ke sana pada penghujung tahun 2008, air telaga berwarna hijau kekuningan. Suasana yang tenang dan angin semilir membuat para wisatawan betah untuk duduk-duduk sembari menatap panorama danau berlatar belakang pegunungan itu.
Tidak jauh dari situ ada telaga yang berukuran lebih kecil. Telaga Pengilon, namanya. Airnya yang jernih seperti cermin itulah yang membuat penduduk setempat memberi nama Telaga Pengilon. Mitos penduduk menyebutkan bila danau ini bisa untuk mengetahui isi hat1 manusia. Bila ia terlihat cantik atau tampan ketika memandang air telaga ini, maka hatinya baik. Sebaliknya, ia termasuk orang berhati busuk.
Selain danau, ada tiga gua, batu belik dan batu tulis di kompleks wisata ini. Ada Gua Semar, Gua Sumur dan Gua Jaran. Pengunjung bisa langsung mengetahui nama gua itu karena ada arca Semar di depannya. Semar adalah salah satu punakawan yang dianggap paling bijaksana. Dinamai Gua Semar karena penduduk setempat percaya bila gua ini dijaga oleh Eyang Semar. Banyak orang bersemedi di gua ini, laki atau perempuan dengan tujuan menginginkan keselamatan. Di antaranya, banyak yang berstatus pejabat di negeri ini.
Tidak jauh melangkah telah menunggu Gua Sumur. Di depannya ada arca wanita dengan membawa kendi. Gua ini memang memiliki kolam kecil yang airnya konon bertuah. Banyak yang percaya air di Gua Sumur ini bisa menyembuhkan berbagai penyakit dan membuat kulit jadi lebih cantik. Adapula yang menggunakannya untuk upacara suci, umat Hindu dari Bali, misalnya. Mereka menggunakan air gua ini untuk upacara Muspre atau Mabakti.
Gua berikutnya, yaitu Gua Jaran. Gua Jaran atau Gua Kuda dikisahkan dulunya menjadi tempat pertapaan Resi Kendaliseto. Suatu saat ketika hujan deras, ada seekor kuda yang berteduh di dalamnya. Anehnya, ketika kuda itu keluar dari lubang itu keesokan harinya, kuda itu telah berbadan dua. Tidak diceritakan apakah kuda itu betina atau jantan. Namun, sebagian masyarakat percaya bila gua ini bisa digunakan untuk semedi para wanita yang sulit mendapatkan keturunan. Di antara tiga gua itu, Gua Jaran bisa dimasuki tanpa juru kunci. Gua Sumur dan Gua Semar bila tidak ada juru kunci biasanya dikunci untuk menjaga kesucian.
Di sebelah Gua Jaran, ada Batu Belik Cundamanik. Serupa dengan Gua Semar, banyak orang bertapa di situ dengan tujuan mencari keselamatan.
Selanjutnya, ada Batu Tulis. Barang siapa ingin anaknya bisa lancar membaca dan menulis, bisa ke lokasi ini untuk berdoa.
Selain mitos-mitos di atas. Ada lagi mitos yang menyebutkan bila tidak ada ular di kawasan ini. Jadi, barang siapa melihat ular di kompleks Telaga Warna, ia harus was-was. Mungkin akan ada hal buruk yang terjadi pada dirinya. Selain itu, pengunjung disarankan untuk menjaga omongan mereka selama menjelajahi kawasan ini. Pasalnya, tempat ini termasuk disakralkan. Mitos dan legenda itu hanyalah kepercayaan masyarakat setempat. Boleh percaya atau tidak.
Bagi penulis sendiri, legenda dan mitos itu bumbu yang menarik. Pemandangan alam dan suasana telaga jauh lebih indah. Jika ingin tahu lebih banyak tentang Puncak Dieng, bisa bertandang ke Dieng Plateau Theater. [sumber: buklet telaga warna/lain-lain]
ARIGATO
shinobi said this on Oktober 24, 2015 pada 04:26 |
Do itashimashite
dewipuspasari said this on Oktober 25, 2015 pada 17:36 |
dieng punya…
fuad said this on Juli 13, 2013 pada 16:10 |
Dieng memang indah:)
dewipuspasari said this on Juli 14, 2013 pada 14:58 |
setuju klu dieng tu indah banget, saya juni juga kesana tapi tau kalau ada 3 gua itu justru dr blog mbak dewi ini, guide kami hanya mengajak kami ke kawah sikidang, telaga warna n candi arjuna itupun dengan waktu yang singkat banget. thanks mbak dewi infonya
riani said this on Maret 15, 2013 pada 01:28 |
Dear Riani,
Wah senangnya jalan-jalan ke Dieng. Saya rencana Mei ingin ke sana lagi jika kondisinya memungkinkan (dengar berita akhir-akhir ini kawasan Dieng sedang mengeluarkan gas beracun, jadi ragu mau ke sana). Dulu saya berangkat pagi-pagi banget, jadi lumayan puas menikmati obyek wisata di Dieng. Tapi tetap berasa masih banyak yang perlu disinggahi. Kabut dan dinginnya cuaca di sana itu yang ngangeni hehehe.
Terima kasih juga Riani sudah berkunjung ke blog ini.
salam hangat,
puspa
dewipuspasari said this on Maret 15, 2013 pada 03:34 |
baru sekali kesana si tp pngen lg beberapa bulan yg lalu tepatnya bulan juni saya kesana dan tmptnya WOW banget udaranya bener2 sejuk gak sia2 dtng dari jakarta kesana keren buanget!!!
donasyakila said this on September 28, 2012 pada 11:41 |
Yup memang bagus banget..saya juga pengen ke sana lagi.
thanks Dona sudah mengunjungi blog ini.
dewipuspasari said this on Oktober 2, 2012 pada 03:31 |
iya sama2 ya wajib dtng lg 🙂
donasyakila said this on Oktober 5, 2012 pada 13:43 |
Wiiih indah nya telaga warna Dieng, insya allah mampir kapan kapan, ke sana , jadi penasarann, makasih mba asri liputannya,,,
Widianto said this on September 2, 2012 pada 06:21 |
Sipp..sama-sama
dewipuspasari said this on September 3, 2012 pada 02:01 |
mndengar ceritanya jadi pengen k’dieng deh..
lola said this on September 1, 2012 pada 12:50 |
Bener Lola,
saya juga kangen ke sana lai, menkmati hawa dingin dan pemandangannya.
dewipuspasari said this on September 1, 2012 pada 13:35 |
telaga warna memang cantik tida duanya. Keren sob, ulasan wisata diengnya.
infodieng said this on April 17, 2012 pada 04:44 |
Yup Dieng memang cantik. Terima kasih sudah mampir ke blog ini.
salam,
puspa
dewipuspasari said this on April 17, 2012 pada 04:49 |
sy blm pernah ke dieng cuma sering denger tentang keindahan nya, klw boleh tau rute nya klw dr tangerang,banten. thanks desy hastarini
desy hastarini said this on April 10, 2012 pada 15:52 |
Kalau dari Tangerang atau Banten naik bus saja yang ke arah Semarang atau Purwokerto, nah dari situ sudah dekat sekitar 3 jaman ke daerah Wonosobo.
Salam,
puspa
dewipuspasari said this on April 11, 2012 pada 07:47 |
Tempat ini byak kenangAn wktu gw kecil.I love dieng,terutamA telaga warna by.Iin
Indra said this on Februari 27, 2012 pada 12:45 |
Denger-denger kalau lihat telaganya dari atas bukit, pemandangannya telaganya lebih bagus.
dewipuspasari said this on Februari 28, 2012 pada 02:50 |
Saya berencana untuk pergi kesana tanggal 20 januari 2012 minggu depan. Tapi saya melihat ada berita duka menimpa daerah ini.. Saya ingin tanya, apakah untuk sementara waktu ini kawasan wisatanya di tutup? saya dengar longsor menghantam dieng dan menewaskan korban
Retno said this on Januari 10, 2012 pada 03:26 |
Dear Retno,
Sepertinya musim hujan memang kurang pas ke sana. Bukan hanya kecemasan akan tanah longsor melainkan juga pemandangannya yang kurang optimal. Sunrise-nya tidak kelihatan jika musim hujan dan kabut cepat turun. Pada waktu ke sana bulan Desember 2009, saya agak menyesal karena tidak bisa melihat sunrise meski pemandangan lainnya juga masih indah.
dewipuspasari said this on Januari 10, 2012 pada 04:47 |
Hai ratna,gmana tapi indah kan terutama kalo malam,,,udaranya dingin bgt..,gw sMpe Lergi matahari karna kelamaan di dieng
Indra said this on Februari 27, 2012 pada 12:48 |
sy udh 11thn krja dan tinggal di wonosobo, tp br 1x ke dieng,itu jg blm ke telaga warna, g kuat sm dingin.nya, jd penasaran neh pgn ke telaga warna.
fi3 said this on Desember 18, 2011 pada 12:24 |
saya juga pengin balik ke sana.
dewipuspasari said this on Desember 19, 2011 pada 02:40 |
dieng sejk skli ingin rsanya q k sna lgi I LOVE YOU DIENG PLANTEU
yuli juru kunci dienk said this on November 20, 2011 pada 06:39 |
setuju:)
dewipuspasari said this on November 20, 2011 pada 13:05 |
q jg pernah ke Dieng, trmasuk Telaga Warna. Memang indah benar
slain Telaga Warna, Dieng jg msih punya banyak objek wisata, tentu Candi Dieng itu sendiri. Sayang jarak antar objek wisata cukup jauh, jd bisa tdak kelar kalo cuma sehari dsana
Yg jelas Dieng mmang Subhanallah, moga bisa ksana lg
zulfar_rr said this on Oktober 15, 2011 pada 12:33 |
Memang benar Dieng memang sangat indah dengan nuansa kabutnya yang mistis. Waktu itu saya berangkat sejak Subuh untuk mendaki Sikunir, ke candi Dieng, telaga warna, dan kawah sikidang-nya. Sayang tidak sempat ke tempat-tempat lain yang memang masih banyak di sekitaran itu mengingat kabut yang mulai turun. Semoga lain kali bisa ke sana.
dewipuspasari said this on Oktober 16, 2011 pada 07:43 |
aku jane mono pingin melihat dari dekat daerah dieng.
sayang waktu aku tilek kampung di sukorejo pas musim hujan dan waktu gunung merapi meletus.
jadi gak jadi dek deh..
makasih ya tombo penasaran …..sama gua semarrya..he he he he …
bornero said this on Agustus 13, 2011 pada 06:53 |
Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya. Semoga lain kali Bapak berkesempatan ke Dieng lagi.
dewipuspasari said this on Agustus 15, 2011 pada 03:49 |
woww…jadi pengin ke Telaga Warna lagi neh….., aku pernah kesana kira-kira tahun 2003,…suasananya apa masih seperti yang dulu yah,…? kawang dieng sudah, Candi-candi Dieng sudah semua, Perkebunan Teh Tambi sudah,..apa lagi yahh..yang menarik di Wonosobo…? hmmmm,..udaranya yang bikin mak nyussss…kali…
restu said this on Juni 15, 2011 pada 05:02 |
Masih kayak dulu..masih berkabut dan kalau mandi pagi airnya kayak es. Tapi tidak tahu apa sekarang masih bisa kesana dengan adanya gas beracun (tapi kata penduduk setempat aman). Meski sudah semua dilihat, kayaknya Dieng memang ngangeni.
dewipuspasari said this on Juni 15, 2011 pada 05:25 |
Menarik sekali buat liburan kesana.
Punya informasi gak soal penginapan dan sarana transfortasi disana? termasuk tarifnya biar bisa ngitung budget.. 🙂
Ian said this on September 28, 2010 pada 08:57 |
Penginapan banyak di sana..on the spot juga tidak masalah. Yang terkenal yaitu Bu Jono. Harga mulai 72rb/kamar sampai 300ribu satu rumah. Untuk mobil, sewa 300ribu, ojek sekitar 75rb. Kalau waktu lama, mending jalan kaki saja.
dewipuspasari said this on Oktober 1, 2010 pada 05:37 |
BARU KEMARIN SAYA BERKUNJUNG KE SANA SEKEDAR REFRESING ACARA TAHUNAN,YAH KEIDAHANNYA TDK BERUBAH KOK,HAWA CUKUP DINGIN BIKIN BADAN MENGGIGIL ABIS BG YG BELUM BIASA DI HAWA DINGIN …WONOSOBO GOOD DEH
CUPLIS said this on September 13, 2010 pada 09:53 |
Hehehe kami yang tidur berempat aja sekamar masih kedinginan
dewipuspasari said this on September 21, 2010 pada 08:30 |
telaga warna itu ada banyak ya?
diska said this on Februari 23, 2010 pada 11:10 |
Yang kutahu di Puncak Dieng cuma ada satu. Tapi adapula kawah Ijen dan Danau Kelimutu yang kadang disebut telaga warna karena warnanya berbeda dengan telaga pada umumnya.
dewipuspasari said this on Februari 24, 2010 pada 00:59 |
sungguh menakjubkan ayo Ke Dieng sekarang Wonosobo tetap aman sehat rapi fan Indah
Syukur Hs said this on Februari 4, 2010 pada 12:19 |
Jadi pengin ke sana lagi
dewipuspasari said this on Februari 18, 2010 pada 08:27 |
Ntar sabtu gw k dieng,
bwt kartul tngtng telaga warna. .
Ridwan said this on Desember 12, 2009 pada 10:41 |
[…] waktu yang dimiliki hanya tiga jam, akhirnya guide lokal di sana mengajak kami ke tiga tempat: Telaga Warna, jajaran gua Semar, Jaran, dan Sumur, dan diakhiri kawah paling indah di Dieng, […]
Dhodie Weblog » Semangat Harmoni Dieng said this on Agustus 21, 2009 pada 02:26 |
[…] Gua Semar, Jaran dan Sumur yang masing- masing memiliki legenda dan mitos yang bisa dibaca lengkap di situs ini. Alhasil, kami tidak mendengarkan pak Toha (guide) menerangkan legenda tersebut, eh kita malah sibuk […]
Backpackeran ke dataran tinggi dieng | lathifulamri.com said this on Agustus 18, 2009 pada 21:11 |