Kakek Bodo pun Ternyata Memelihara Monyet

Kenangan merayakan ulang tahun ke-22 di Kakek Bodo, Tretes, membuatku otomatis mengiyakan ketika Ovi meminta mengantarku ke sana. Bayangan air dingin yang menyapu seluruh tubuh, gemuruh air ketika berjalan di belakang air terjun, uhmm sensasinya belum kulupakan.Kakek Bodo sudah kudatangi dua kali. Yang pertama bersama-sama teman pengurus Kopma ITS, yang kedua ketika merayakan ultahku bersama anak-anak KMB.

Jarak tempuh Kakek Bodo dari pusat kota Malang berkisar 45 menit. Menuju air terjun ini kita akan disuguhi pemandangan ala pegunungan, pohon cemara dan jalan berkelok-kelok.

Tidak ada yang berubah dengan loket dan pintu masuk kawasan air terjun ini. Hanya harga tiketnya yang naik.

Udara segar langsung menyambut kedatangan kami. Air sungai yang bergemericik dan terlihat jernih mengundang untuk mencelupkan kaki ke dalamnya. Dan memang air yang dingin itu membuat kaki kegirangan. Namun, jarak tempuh yang cukup jauh menghentikanku untuk terus bermain air.

Baru merasa nyaman eh tiba-tiba ada monyet. Tidak hanya satu ekor, belasan atau mungkin lebih dari itu. Aku tiba-tiba merasa lemas. Wah-wah ternyata kondisinya sama seperti di Tawangmangu. Mungkin ini hasil impor dari Taman Wisata Air Wendit yang sejak dulu terkenal banyak monyet.

Menuju air terjun, jarak yang ditempuh cukup jauh. Mendaki ke atas, kadang menurun lalu kembali mendaki.

Ketika telah mendekati sasaran, aku terpaku. Aku yang sejak berangkat membayangkan bisa bermain air di bawah air terjun atau berkeliling di balik air terjun seperti tujuh tahun silam merasa kecewa. Air terjunnya dipagari. Aku merasa getir. Capek-capek berjalan menuju air terjun, ternyata hanya pemandangan air terjun dengan pagar yang kudapat.

~ oleh dewipuspasari pada Juli 23, 2010.

4 Tanggapan to “Kakek Bodo pun Ternyata Memelihara Monyet”

  1. lha piye to he..he..
    pas di bawah judulnya ada fotomu lagi, nanti dikira judulnya menjurus ke penulisnya xixixi… 🙂

  2. mana foto monyetnya?:)

Tinggalkan komentar