Seratus Ribu Rupiah Bisa Buat Belanja Apa ya?
Nilai uang semakin ke sini tergerus oleh inflasi. Nilai uang seratus rupiah 10 tahun lalu tentu beda dengan 30 tahun lalu, apalagi jika dibandingkan pada masa kini. Kira-kira seratus ribu rupiah saat ini bisa buat belanja apa saja ya?
Awal Januari lalu aku belanja di warung yang juga menjual aneka bumbu dan sayur. Aku kemudian mengambil beberapa buah wortel, mentimun, kentang, tomat, labu siam, dan sawi. Lalu aku membeli cabe sebanyak Rp5rb, bawang merah Rp10 ribu. Aku agak terkejut ketika total belanjaan mencapai Rp50 ribu rupiah.
Wah padahal semuanya serba sedikit. Kemungkinan untuk sayuran hanya bisa untuk lima harian saja. Belum ada lauk-pauk seperti tempe tahu, ikan, ataupun telur.
Tahu di tempatku harganya seribu per buahnya. Itu yang kualitasnya bagus dan tanpa pengawet. Sedangkan tempe masih ada Rp8 ribu dalam bentuk balok yang lumayan. Sedangkan ikan berkisar belasan hingga Rp25 ribu. Sedangkan telur masih sekitar Rp33 ribu sekilonya.
Jadinya Rp100 ribu bisa untuk membeli sayuran, bumbu, dan lauk pauk seperti telur, dan tempe tahu. Perkiraannya bisa untuk lima harian dan jika berhemat mungkin bisa sampai semingguan.
Tapi bagaimana jika anggota keluarganya banyak?
Ya memasak memang perlu biaya. Selain kebutuhan sayur, bumbu, dan lauk, juga perlu beras, minyak, dan gas. Jikapun ingin praktis maka bisa membeli makanan jadi.
Di Jakarta masih ada yang menjual makanan Rp6-8 ribu jika jeli. Dengan uang tersebut mereka bisa mendapatkan nasi uduk dengan lauk ala kadarnya. Pilihan lainnya adalah bubur kacang dan bubur nasi.
Karena banyak yang di-PHK dalam beberapa tahun terakhir, makin banyak penjual makanan serba Rp10 ribu. Dengan sepuluh ribu rupiah pembeli bisa mendapatkan nasi ayam yang mungil atau nasi tempe dengan lalap dan sambal. Namun itu hanya bisa untuk satu orang. Jika makan dua kali sehari maka ia perlu sekitar Rp84 – 140ribu per minggunya.
Pendapatan masyarakat di Indonesia mssih banyak yang di bawah UMR. Bahkan tak sedikit yang gajinya sekitar Rp500-600 ribuan. Mereka terpaksa menerima gaji dengan nominal tersebut karena begitu sulitnya mencari pekerjaan saat ini.
Dengan nominal gaji sebesar itu rasanya akan sulit untuk mencukupi kebutuhan hidupnya setiap hari, apalagi jika ia telah menikah dan punya anak.
Bagaimana ia membeli beras? Bagaimana dengan kebutuhan transportasi? Bagaimana dengan rumah dan segala hal terkait di dalamnya seperti listrik dan lainnya.
Kadang-kadang aku berpikir apakah pemerintah pernah memikirkan hal tersebut ya, bagaimana membuat masyarakat mandiri dan dapat mengakses makanan dan kebutuhan primer lainnya secara ideal? Padahal negeri ini sudah merdeka, tapi masih banyak saudara kita yang terbelenggu. Mereka masih kesulitan mencukupi kebutuhan primernya.
Apakah memang kemiskinan memang sengaja dipertahankan ya demi kepentingan tertentu?
Ehm tiba-tiba aku overthinking dan memikirkan hal ini.
Kalau menurut kalian Rp100 ribu bisa mencukupi kebutuhan makanan berapa lama?
