Mencoba Kandang

Oleh karena dua kucing belum kunjung pulang, aku jadi makin cemas dengan kondisi kucing-kucing di rumah. Aku kuatir mereka kelayapan jika malam dan kemudian tersesat. Akhirnya aku membeli kandang milik tetangga yang sudah tidak ia gunakan.
Kandang tersebut cukup besar. Ada dua tingkat. Tiap tingkat bisa dipakai dua kucing dewasa atau 3-4 ekor anak kucing. Tiap tingkat ada tangga dan satu tempat untuk bobok.
Tiap tingkat juga ada bak pasir. Model kandangnya juga berjeruji sehingga hawa bisa masuk dan alas kandangnya cukup kokoh.
Alas kandang pun kualasi dengan kain. Eh tak lama kucing-kucing pun penasaran dan masuk ke dalam kandang.
Ketika malam kucoba memasukkan lima kucing ke dalam kandang. Si Clara dengan dua anaknya di kandang atas. Lalu si Cemong dan si Mimi Hitam di bawah.
Tak lama muncul keributan. Makanan malah berjatuhan ke dalam bak pasir. Alas juga awut-awutan. Intinya dalam kandang jadi berantakan, aku pusing melihatnya.
Tapi yang paling bikin ku bingung dan tak habis pikir adalah Cemong yang berpindah posisi. Dia muncul di bagian atas kandang. Aku melongo. Kok bisa. Apa dia itu Houdini? Pasalnya alas pemisah kandang itu kokoh dan kucek tak ada lubang mengarah ke kandang sisi atas.
Akhirnya aku batal meminta mereka berdiam di kandang semalaman. Ributnya bikin kesal, sudah kayak dianiaya.
