Kotornya Perairan di Muara Kamal
Teluk Jakarta dikabarkan sudah tercemar bahkan pencemarannya telah melampaui ambang batas. Teman saya menginfokan kepada saya agar saya tidak lagi mengkonsumsi kerang hijau setelah ia melihat dengan mata kepala sendiri betapa kotornya perairan di dekat TPI Muara Kamal. Saya makin geleng-geleng kepala dan sedih ketika akhirnya menyaksikan sendiri pemandangan teluk Jakarta yang jauh dari kata indah dan bersih.
TPI Muara Kamal kondisinya memang jauh lebih parah dibandingkan TPI di Muara Angke. Saya sudah sering ke Muara Angke untuk makan-makan seafood sepuasnya bersama teman-teman. Dan tingkat bau di sini masih termasuk wajar karena bau yang menusuk adalah bau amis ikan. Gangguan juga mungkin rob yang sering terjadi pada saat air pasang. Tapi di Muara Kamal, gangguan bukan hanya bau amis ikan, tapi juga bau sampah dari TPS yang tidak jauh dari mulut TPI, juga bau busuk dari air laut yang penuh sampah dan berwarna pekat.
Sungguh memprihatinkan. Apalagi TPI Muara Kamal juga merupakan pelabuhan yang membawa wisatawan menuju pulau Onrust, Cipir, dan Kelor. Jadi wisatawan dipaksa untuk melipat celana dan menutup hidung rapat-rapat.
Kondisi ini tidak patut ditimpakan hanya kepada nelayan atau penduduk setempat. Menurut teman saya yang waktu itu meneliti kandungan air laut di teluk ini, pencemaran ini juga diakibatkan oleh semakin banyaknya industri yang membuang limbah di sini dan juga semakin banyaknya hunian di tepi laut.
Saat itu sembari menunggu perahu siap meluncur ke pulau Kelor, saya berjalan-jalan ke pemukiman nelayan. Sungguh sedih melihatnya, sepertinya pembangunan tidak sampai ke mereka. Tulisan tentang nelayan saya tulis di artikel tersendiri (Menciptakan Para Nelayan Mandiri di Negeri Bahari-> http://writing-contest.bisnis.com/artikel/read/20140401/380/216609/menciptakan-para-nelayan-mandiri-di-negeri-bahari).
Perahu pun siap kami tumpangi. Di kanan kiri nampak perahu yang terapung di atas perairan yang hitam dan berbau busuk. Sampah-sampah plastik mengapung. Dan rumah-rumah yang nampak kumuh menjadi latar belakang. Duh kasihan banget nasib nelayan di Jakarta. Saya merasa sedih dan semakin lunglai ketika melihat seorang anak mandi dengan mengguyurkan air berwarna pekat tersebut ke tubuhnya.





