Kue Apem : Tradisi Jelang Ramadhan

resepmasakanlengkap2

Semasa tinggal di kota Malang, ada banyak tradisi yang dijalankan oleh orang tua dan penduduk sekitar. Tradisi ini lengkap, mulai dari jelang Ramadhan hingga hari raya ketupat. Apa saja tradisi kami jelang Ramadhan.

Sejak beberapa hari sebelum bulan puasa, Ibu sudah memesan kue-kue. Iya, di tempat kami ada tradisi mengantar makanan atau yang disebut berkatan ke para tetangga dan masjid jelang Ramadhan. Isi hantaran umumnya adalah kue-kue. Yang tidak boleh dilupakan adalah kue apem dan pisang.

Pisangnya biasanya pisang raja atau pisang ambon. Sedangkan kue apemnya meski kue ini sudah umum, wujudnya bisa beragam. Ada apem yang seperti kue lumpur dengan permukaannya putih gembung. Rasanya biasanya manis dan sedikit kecut karena menggunakan ragi tape. Tapi beberapa tetangga ada yang menambahkan seiris kecil nangka atau misis untuk menambah cita rasa. Ada juga jenis apem selong. Apem ini tidak terlalu kecut dan cenderung manis. Wujudnya mirip dengan kue serabi notosuman hanya rasanya khas apem.

Nah, salah satu favorit saya adalah kue apem milik tetangga ujung. Kue apemnya khas. Bantat dan permukaannya lunak. Rasanya cenderung manis dan tidak kecut.

Karena hampir setiap hari menerima hantaran kue. Bahkan satu hari bisa menerima 2-3 hantaran, maka rumah penuh dengan kue terutama apem dan pisang. Nenek yang cerdik lalu membuat kue apem dan pisang itu sebagai isian kolak. Hehehe. Alhasil awal-awal puasa kami rajin menyantap kolak pisang plus apem.

Selain saling mengirim kue, ada pula tradisi nyekar ke makam. Namun, di Malang, banyak yang memilih nyekar setelah sholat Idul Fitri. Tapi saya tidak menolak jika diajak bibi dan sepupu untuk nyekar. Waktu kecil saya suka naik becak dan kemudian berbelanja bunga untuk ditaruh di makam. Dan bersama sepupu kami saling membandingkan makam mana yang bagus atau usia mereka yang dimakamkan.

Nah, tepat jelang ramadhan, Ibu menyuruh kami untuk mandi keramas. Katanya kami patut menyambut ramadhan dengan badan bersih. Saya sih senang-senang saja. Dan mulailah kami mandi keramas bergiliran di waktu siang hari karena nenek telah sering melarang kami keramas setelah pukul 15.00. Katanya pamali. Iya sih setelah pukul 15.00, air di kamar mandi cukup dingin di Malang. Mengundang masuk angin. Tapi setelah tinggal di Surabaya dan Jakarta yang panas, pamali ini sering saya langgar.

Yang membuat kami kecewa jika kami belum sempat mandi keramas dan puasa dimajukan sehari sebelumnya. Rasanya ada yang kurang.

Tradisi memberikan hantaran makanan ini semakin pudar. Saat ini warga lebih suka memesan makanan berupa lauk pauk dan diantar saat jelang lebaran. Tetangga saya pun juga tidak pernah lagi mengirim kue apem bantatnya.

gambar diambil dari resepmasakanlengkap.blogspot.com

~ oleh dewipuspasari pada Juli 26, 2014.

Tinggalkan komentar