Rise of an Empire: Pertempuran di Atas Lautan
Masih tersisa kesan yang cukup baik dari film 300 yang dibintangi Gerard Butler dan Lena Headey. Meski ending-nya tragis, kepahlawanan Leonidas bersama 300 prajuritnya sangat dikenang. Setelah beberapa tahun lahirlah sekuelnya. Menariknya setting film ini adalah masa sebelum, bersamaan, dan setelah peperangan Leonidas dan Xerxes.
Untuk merajut benang merah antara film perdana dan sekuelnya diperlukan tokoh yang ikut bermain di dua film ini. Maka dipilihlah Lena Headey yang berperan sebagai Ratu Gorgo. Istri mendiang Raja Sparta, Leonidas.
Meski film ini terdiri dari tiga waktu, tidak sulit memilahnya. Gorgo di sini berperan sebagai pengendali waktu. Ia mulai dengan berkisah tentang kepahlawanan Yunani melawan bangsa Persia yang dipimpin ayah Xerxes, Darius. Bangsa Yunani sendiri dipimpin oleh panglima Athena, Themistokles.
Darius tewas oleh anak panah yang diluncurkan Themistokles. Kematian itu disaksikan oleh Xerxes dan panglimanya, Artemisia. Dendam akan kematian ayahnya, membuat Xerxes menempuh perjalanan sulit untuk menempa dirinya. Dan lahirlah Xerxes yang telah kehilangan perasaan manusiawinya. Ia menyebut dirinya dewa, merujuk pada nasihat ayahnya. Hanya Dewa yang bisa mengalahkan Yunani.
Cerita kemudian bergulir ke waktu yang hampir bersamaan dengan setting peperangan yang dipimpin Leonidas. Themistokles yang menyadari ancaman Persia kemudian mengajak Sparta bersatu-padu melawan Persia. Sayangnya keangkuhan Ratu Gorgo membawa malapetaka. Suami dan hampir seluruh pasukannya tak tersisa karena pengkhianatan si bongkok yang tidak diterima sebagai pasukan Leonidas.
Di tempat lain, Themistokles berupaya meredam serangan Artemisia melalui lautan dengan strategi bertempurnya yang hanya terdiri dari segelintir kapal. Setelah beberapa kali berhasil menumpulkan serangan anak buah Artemisia, kapal mereka luluh lantak dan anak buahnya hanya sedikit tersisa oleh serangan maut Artemisia.

Mereka mundur. Sebagian kota Yunani pun berhasil dikuasai Persia. Themistokles berupaya menyatukan Yunani. Ia kembali membujuk Ratu Gorgo untuk membalaskan dendam kematian suaminya. Dan kembali ke Laut Salamis sebagai pertahanan terakhir. Di Laut Salamis itulah mereka akan bertempur habis-habisan demi kemerdekaan Yunani.
Film pertamanya sangat berkesan. Sayangnya di film sekuelnya, kesuksesan tersebut susah dipertahankan. Ramuan apa yang salah?
Sinematografinya masih secantik film pertama. Dengan dominan pencahayaan sepia dan keemasan, film ini nampak berkesan jaman dulu. Efek slow motion untuk beberapa aksi juga masih bermanfaat meski agak membosankan jika terlalu banyak diulang.
Akting Lena Headey sebagai Ratu Gorgo dan Sullivan Stapleton sebagai Themistokles, standar. Eva Green si gadis James Bond yang berperan sebagai Artemisia nampak sangar. Ia berhasil menampakkan sisi Artemisia yang angkuh dan brutal.
Dari sisi cerita, saya menyukai strategi pertama Themistokles. Dua kapal Athena menubruk keras kapal Persia sampai kapalnya karam. Strategi yang jitu, namun melelahkan. Pasalnya jumlah kapal Yunani hanya sedikit dibandingkan kapal Persia yang jumlahnya hampir 1000. Sedangkan strategi Arthemisia dengan minyak dan api mengingatkan saya akan pertempuran blackwater di Game of Thrones.
Yang membuat saya kurang terkesan dengan film ini adalah kesadisan yang begitu merajalela. Sangat sadis untuk ukuran film bioskop. Lebih baik jika adegan yang terlalu sadis tersebut dibuat dalam bentuk animasi atau tidak terlalu vulgar.
Detail Film:
Judul Film : 300 Rise of an Empire
Sutradara : Noam Murro
Pemain : Lena Headey, Sullivan Stapleton, Eva Green, dan Rodrigo Santoro
Rating : 7/10




