Perempuan Paris Ala Motinggo Busye
Apa perbedaan perempuan Paris dengan perempuan di seluruh belahan dunia? Apakah mereka lebih berpikiran terbuka? Tergila-gila dengan seni dan menyajungkan asmara? Ataukah sama saja dengan pikiran para perempuan lainnya?
Tokoh Ating adalah pria dewasa asal Indonesia. Setelah perang kolonial, ia melabuhkan jangkarnya ke kota Paris untuk idealisme seninya. Ia merasa di kota ini daya talentanya lebih dihargai dibandingkan di kota asalnya. Namun, ada yang harus dibayarnya, rasa kesepian.
Hingga separuh cerita, pembaca diajak menebak-nebak alasan Ating menolak berhubungan lebih akrab dengan sejumlah wanita. Akankah ia terikat hubungan dengan wanita lain ataukah ia sangat berpegang erat dengan norma-norma tertentu.
Adalah Nina Papandreou, wanita pertama yang mendekatinya di Paris. Gadis cantik ini adalah wanita pujaan para seniman. Selain cantik ia juga sangat kritis terhadap permasalahan yang ada di dunia dan sekelilingnya. Malangnya setelah sekian lama tidak berjumpa, gadis itu ditemukan tak bernyawa.
Ating sebenarnya terobsesi pada wanita yang sering ditemuinya tanpa sengaja. Gadis bersepeda yang pemalu. Untuk melihat gadis tersebut ia sengaja untuk berlama-lama berada di Avenue De l ‘Opera. Sayangnya bukan gadis bersepeda itu yang kemudian menjadi kawan dekatnya, melainkan gadis remaja yang juga bernasib sama dengan dirinya. Gadis itu juga sering terpaku di jalan yang sama karena patah hati. Dan ia mengaku hampir selalu berada di belakang Ating dimana Ating tidak menyadari sosoknya. Gadis itu bernama Loraine Debussy.
Dua sosok berlainan jenis ini kemudian menjalin hubungan unik. Hubungan yang terpaut usia sangat jauh. Mereka kerap memiliki perbedaan persepsi, termasuk persepsi mereka tentang seni. Dan mulailah tabir yang mengelilingi dua tokoh itu tersingkap. Akankah mereka semakin akrab atau perlahan terpisah?
Motinggo Busye menurut saya adalah sastrawan yang pandai membuat alur dan menjaga alur ceritanya agar tetap memikat pembaca. Saya menyukai gaya bahasanya yang mengalir dan tidak membuat saya tergesa-gesa untuk menamatkan atau ingin tahu dengan penutup kisahnya. Cukup nikmati, resapi, dan biarkan para tokohnya menamatkan cerita.
Pada Perempuan Paris ini penulis tidak membuat tokoh utamanya sebagai tokoh serba baik. Demikian pula dengan tokoh-tokoh pendukungnya. Tambahkan abu-abu di para tokohnya dan karakternya akan tampak semakin membumi.
Dalam novelet ini, saya merasakan rasa minder tokoh Ating sebagai kaum minoritas dan berkulit berwarna. ia merasa ketertarikan warga Paris terhadap dirinya hanya karena menganggap ia sosok eksotik dari negeri jauh. Ating juga merasa beberapa perempuan Paris seakan jauh dari realita karena seolah begitu terpesona oleh seni dan membayangkan kehidupan asmara seperti angan-angannya.
Bagi para penggemar seni, maka pembaca akan diberi bonus. Yakni, menyelami dunia seni rupa, sastra, dan musik ala seniman Paris. Paris dan seni memang sulit dipisahkan.
Detail Buku:
Judul Buku : Perempuan Paris
Penulis : Motinggo Busye
Penerbit : Lokadjaja
Rating : 7.5/10
Gambar dari knowledgecomp26.blogspot.com


Aaaaak… Jadi penasaran Pus.
Lumayan bagus Dan…nanti kukirim ya e-booknya:p
asiiiiik
Sudah kukirim ya:)
terimakasih…
Sami-sami:)