Akhir Game of Thrones yang Kurang Greget
You know nothing Jon Snow. Dan aku merasa feel nothing usai nonton episode terakhir Game of Thrones.
Film serial Game of Thrones telah berlangsung sejak tahun 2011. Selama delapan tahun aku selalu setia dan ikut laut dalam teori akan misteri yang ada dalam film. Tapi dengan segala keruwetannya ternyata hasil akhirnya begitu sederhana.
Pada episode terakhir ini setelah mendapat saran dari Arya Stark dan Tyrion Lannister akhirnya Jon Snow pun melakukan tindakan yang tak ingin dilakukannya. Ia menikam Daenerys Targayen setelah memeluknya. Jenazah Dany kemudian dibawa Drogo setelah melelehkan iron throne.
Jon pun ditawan. Para bangsawan tersisa kemudian melakukan perundingan yang membawa Bran Stark pada tahta. Tyrion dijadikan hand of king. Sansa mendapatkan keistimewaan dengan menjadi Queen of North. Ser Davos, Sam, Bronn, dan Brienne masuk dalam lingkaran istana. Podrick menjadi pengawal Bran.
Bagaimana dengan Jon? Ia dihukum. Ia diminta kembali menjadi Night Watch padahal tak ada lagi rekan dan musuh berupa white walker. Ya itu mungkin hanya salah satu cara pengasingan. Ia bereuni kembali dengan Tormund dan Ghost. Ya setidaknya masih ada sedikit kegembiraan. Bertemu dengan Ghost tentunya menyenangkan bagi Jon. Setidaknya setelah ia berlaku dingin kepadanya dan tidak memberikan pelukan saat pergi ke King’s Landing.
Aku merasa hampa seakan-akan belum yakin film ini berakhir. Penutupnya antiklimaks. Adegan pertarungan dengan white walker menurutku yang lebih epik daripada akhir film ini.
Wah apakah bakal ada spin off atau prekuel Game of Thrones. Tentang petualangan Arya atau tentang jaman Targayen meraih keemasan atau masa Children of Forest melawan bangsa manusia sebelum kemudian berbalik membantu manusia melawan white walker.
Gambar vox dan insider