Baju Warisan

BajuDulu membeli baju baru adalah sebuah kemewahan. Aku hanya mendapatkan baju baru saat lebaran. Itupun hanya 2-3 potong baju. Bajuku dulu kebanyakan adalah warisan, warisan kakak, warisan ibu, bahkan ada juga dulu yang warisan paman bibiku.

Karena aku anak bungsu maka aku paling banyak mewarisi pakaian. Pakaian dari kakak perempuan lumayan masih banyak yang bisa kupakai. Apalagi pada saat aku remaja, ukuran baju kami tak banyak berbeda. Sedangkan baju kakak laki-laki tak semuanya cocok, palingan kaus. Itupun banyak baju kakak yang sudah kumal atau bernoda.

Selain mendapatkan banyak baju warisan atau lungsuran dari kakak, aku juga mendapatkan baki warisan dari ibu, paman, dan bibi. Ini dikarenakan rumah kami bersebelahan dengan rumah nenek. Saat masih lajang, paman dan bibi tinggal bersama nenek.

Ya karena beda generasi, banyak baju yang terasa aneh ketika kucobai. Ada celana cutbray ala tahun 70-an, baju garis-garis agak ketat yang unik, longdress klasik, hingga blus dengan punuk. Tak semua baju itu cocok dan bisa kugunakan. Andai kata kupakai pun penampilanku bakal ajaib.

Tapi percayalah beberapa baju warisan itu kupakai dan kukenakan hingga kini. Ada dress yang menurutku terkesan unik yang kupakai pada momen tertentu. Dress ini warisan bibi dan ibuku. Dulu juga ada baju garis-garis cokelat yang unik yang suka kukenakan dengan padanan celana cokelat. Tapi favoritku adalah kaus tanpa lengan dengan motif kotak-kotak warna-warni. Kaus ini bisa dipadupadankan dengan jaket denim atau lainnya.

Saat kakak memutuskan resign dari pekerjaan kantoran, ia memberikan banyak blus kepadaku. Ada yang nampak kaku, tapi ada juga yang tak terkesan terlalu formal.

Mungkin gara-gara aku kebanyakan dapat baju warisan, beberapa kawan kuliah dan kantoran adakalanya mengolok-olok selera fesyenku. Ada yang menyebut penampilanku eksentrik, kuno, dan masih banyak lagi.

Awalnya kupingku agak panas dan aku mencoba mengubah penampilan dengan membeli dan mengenakan baju yang kekinian. Tapi kemudian aku memutuskan untuk tak ambil pusing soal penampilan. Yang penting nyaman dan sopan. Aku hanya membeli baju-baju basic, blus kantoran, blazer, celana kain, atasan batik, dan dress baik batik dan yang agak formal.

Memang sih aku tidak trendi. Tapi sisi positifnya pos pengeluaran untuk membeli baju bisa kugunakan untuk pos pengeluaran lainnya yang lebih penting. Aku juga tidak terlalu berpatokan dengan merk. Yang penting nyaman dan awet digunakan.

Ketika kulongok lemari bajuku, masih ada baju masa SMA dan kuliahku yang kusimpan dan masih kugunakan. Baju Mama yang kotak-kotak juga masih rajin kugunakan meski warnanya mulai pudar. Baju kakak juga masih tersimpan rapi. Wah aku pengumpul baju warisan.

~ oleh dewipuspasari pada Februari 11, 2024.

Tinggalkan komentar