Validasi
Bukan hanya data penelitian yang perlu divalidasi, diri sendiri juga merasa perlu. Namun sayangnya kebanyakan dari manusia, termasuk aku, lebih memerlukan validasi dari orang lain dibandingkan validasi dari diri sendiri.
Ketika mendengar pujian dari seseorang kita merasa senang. Ketika buku kita banyak dibaca dan diapresiasi oleh banyak pembaca, kita merasa bangga. Ketika mendapat penghargaan ini itu dan lainnya, kita merasa itu sudah sewajarnya.
Validasi dari pihak eksternal memang bisa mendongkrak rasa percaya diri. Usaha kita diapresiasi, sehingga semangat untuk terus menghasilkan yang terbaik makin bertambah. Namun bagaimana jika usaha keras kita tidak kunjung mendapatkan apresiasi dan validasi dari orang lain, dari perusahaan, dari lingkungan dan sebagainya?
Mengharapkan validasi dari orang lain sungguh melelahkan dan sebenarnya sia-sia. Karena tak semua orang peduli dengan kerja keras dan karya kita. Yang makin buat pedih apabila kita merasa diri kita sudah berupaya keras dan memberikan yang terbaik, namun tak kunjung mendapat validasi dan pengakuan. Kondisi ini bisa membuat kita makin terpuruk.
Validasi dari diri sendiri lebih penting. Kita berupaya menerima dan menghargai diri sendiri. Kita mengakui pemikiran, perasaan, pengalaman diri sendiri sehingga bisa lebih memahami diri sendiri.
Proses untuk bisa melakukan validasi diri sendiri tidaklah mudah. Namun jika kita berhasil melakukannya maka kita akan bisa lebih paham dengan diri sendiri dan kita bisa terus berkembang tanpa menunggu pujian dari orang lain.ThisIsEngineering
Gambar: Pexels/ThisIsEngineering
