Bubur dari Beras Jagung

Ehm beras jagung dimasak apa ya? Kucoba memasaknya seperti memasak nasi pada umumnya. Hanya airnya lebih banyak dan proses menanaknya lebih lama. Ooh nasinya jadi, lebih berserat dan mengenyangkan. Enak disantap dengan tumis sayuran dan ikan asin atau teri. Eh kemudian aku iseng memasaknya jadi bubur.
Bubur jagung kan enak ya. Bagaimana jika kubuat seperti bubur, beras jagungnya ya. Lagi-lagi aku iseng. Kutambahkan banyak air di dalam wadah penanak nasi, kutambahkan beberapa jumput beras jagung dan beras. Lalu kumasukkan sedikit garam, santan kental, dan satu bongkah kecil gula merah. Kau masak sekitar satu jam lebih. Hasilnya? Bubur jagung yang gurih dan sedap.
Rasa bubur dari beras jagung dan beras putih berbeda, demikian juga dengan teksturnya sehingga memberi pengalaman lebih saat menyantapnya. Beras putih ketika dibuat bubur lebih cepat halus dan kental. Sedangkan bubur beras jagungnya teksturnya masih berbutir. Ketika keduanya dicampur, perpaduan rasanya juga unik.
Gara-gara punya beras jagung setoples kecil, aku jadi rajin masak. Hari berikutnya aku bikin ala-ala bubur tinutuan.
Beras jagung dan beras biasa kutambahkan dengan irisan bawang merah dan bawang putih. Lalu kutambahkan daun bayam, irisan cabe rawit, potongan tomat hijau, ikan asin yang tipis, dan rebon banyak-banyak. Kumasak satu jam dengan air banyak.
Wah hasilnya membuatku gembira. Memang rasanya tak seperti tinutuan karena tak ada ubi dan kemangi. Namun aku suka aromanya yang segar dari sayuran, serta aroma gurih dari ikan teri. Enak, mengenyangkan dan berserat.
Beras jagungnya masih bisa dimasak satu kali lagi. Apa aku beli ubi dan daun kemangi ya, lalu bikin bubur tinutuan?
