Hidup Damai dengan Gunung Berapi
Sejak dulu kami menganggap Gunung Kelud sebagai gunung paling menyeramkan di Jawa Timur. Gempa Gunung Kelud pada tahun 1990, membuat kami keluar rumah dengan panik. Padahal lokasi Gunung Kelud cukup jauh dari kota Malang. Saat itu saya masih duduk di bangku SD kala itu dan ingatan akan gempa itu terus terekam di benak. Oleh karena itu, ketika mendengar berita meletusnya Gunung Kelud, saya menjadi was-was.
Letusan Gunung Kelud tahun 1990 banyak memberikan kerugian materi bagi penduduk di sekitarnya, terutama Kediri dan Blitar. Berita tentang letusan gunung ini menghiasi media cetak dan TVRI berhari-hari. Setelah mengalami gempa, kota Malang dihujani abu vulkanik yang cukup tebal. Hal-hal yang kemudian menjadi lumrah kami alami.
Kotaku dikelilingi gunung. Itulah fakta penting tentang kota kami. Jika saya berdiri di loteng dan memandang sekeliling, yang nampak adalah bentangan gunung yang nampak gagah sekaligus mengancam. Di sisi timur dan tenggara ada Gunung Bromo dan Gunung Semeru. Sisi timur laut nampak angkuh si Gunung Arjuno. Di sisi barat tempatnya gunung puteri tidur alias Gunung Kawi. Sedangkan Gunung Kelud nampak samar-sama di bagian barat. Masih ada gunung kecil seperti Gunung Banyak di kawasan Pujon.
Dulu kami diajarkan di sekolah bahwa di antara sekian gunung tersebut hanya Gunung Semeru dan Gunung Kelud yang aktif, sedangkan gunung lainnya tengah tidur sehingga kami tidak perlu takut. Namun, kondisi tersebut mulai berubah. Gunung Bromo dan Gunung Arjuno yang dulu disebut gunung pasif mulai beraktivitas. Gunung ini bukan lagi gunung yang ‘ramah’ seperti bayangan kami saat itu.
Saya akui saat kecil saya sudah merasa takut dengan gempa Kelud meskipun gunung tersebut tingginya tidak seberapa dibandingkan gunung-gunung lainnya di Jawa Timur. Saya tidak bisa membayangkan apabila suatu saat Gunung Semeru meletus. Gunung tertinggi di Jawa ini sudah beberapa kali menumpahkan abu vulkanik yang cukup tebal ke kota Malang. Semoga saja hingga satu abad ke depan, gunung ini tidak meletus.
Selain gempa, kami terbiasa dengan abu vulkanik. Abu cukup parah beberapa kali datang dari Gunung Semeru. Abu berwarna kelabu kehitaman ini membuat teras rumah kotor. Dan aktivitas Gunung Semeru yang paling membuatku terkesan adalah saat akhir bulan November 2010. Ya, aktivitasnya membuat pesawatku harus mendarat di Surabaya. Padahal beberapa hari kemudian aku menikah. Alhasil tamu-tamu banyak membatalkan bepergian karena ancaman erupsi ini.
Aku tidak tahu bagaimana perasaan penduduk Blitar, Kediri, dan Jombang yang tinggal berdekatan dengan Kelud. Atau penduduk lainnya yang tinggal di lembah gunung berapi. Saya yang tinggal di kelilingi gunung sangat senang dengan hawa yang sejuk dan adem serta tanah yang subur. Mungkin perasaan saya juga dialami oleh para penduduk tersebut sehingga mereka enggan pindah dari tempat tinggal mereka saat ini meski ancaman bisa datang kapanpun. Semoga status Gunung Kelud kembali turun dan tidak ada korban jiwa.
Gambar: dari id.wikipedia.org


wow… dikelilingi gunung ya mbak rumahnya? saya pengen! 😀 semoga gunung- gunungnya senantiasa ramah ya.. amin.
Amiin.Terima kadih doanya:)