Yuk Menabung

BUNG Pentas bergegas melahap bekal makan siangnya. Setelah membasahi kerongkongannya dengan air putih, ia beranjak menuju halaman belakang tempat ia memarkir motornya. Hari ini ia telah berjanji pada Maia, putrinya yang berusia 8 tahun, untuk membuka rekening tabungan atas nama putrinya. Putrinya sejak akhir Januari lalu ngotot untuk membuka rekening tabungan. Ia seperti anak-anak seusianya mudah terbujuk oleh iklan. Namun, untunglah bujukan kali ini bernilai positif. Reklame gerakan ‘Ayo ke Bank’ ini membuat si Maia mengurangi kebiasaannya membeli snack di warung.Sebenarnya sudah lama Bung pentas mendoktrin pentingnya menabung ke putrinya. Ia belikan Maia  celengan babi berwarna pink setahun silam. Namun, belum genap tiga bulan celengan plastik itu telah berlubang di sisi bawah. Maia telah melubanginya dan menghabiskan receh dan ribuan di dalamnya untuk membeli ikan hias dan toples kaca kecil.

Bung Pentas ingat bidadari kecilnya itu memamerkan koleksinya yang dibelinya di penjual keliling yang sering mangkal di depan sekolahnya. Setiap ada temannya yang bermain di rumahnya, ia ajak untuk melihat Momo, Kiki, Timus, Lala dan Upik yang asyik berenang di toples mungilnya.

Karena celengan babinya sudah tidak bisa dipakai, sebulan kemudian Bung Pentas mengoleh-olehinya celengan ayam dari gerabah.  Ekspresi si Maia sulit dilupakan. Ia nampak kegirangan. Hampir setiap hari ia masukkan uang logam atau uang kertas di dalamnya. Namun, nasib si jago ternyata tidak berbeda dengan si babi, malah jauh mengenaskan. Badannya remuk. Remukan gerabah itu bercampur dengan ceceran uang logam dan uang kertas. Setelah terkumpul rapi, jumlah uang yang terkumpul di dalamnya mencapai Rp 200 ribu.

Anehnya, uang celengannya ini tidak ia belanjakan. Ternyata ia sedang berlomba mengumpulkan uang dengan teman-temannya. Dan ia merengut karena hanya berhasil menempati nomor tiga dari tujuh. Ketika Bung Pentas menawarkan untuk menambahkan seratus ribu agar ia menang, ia malah menjerit-jerit. ’’Itu curang Ayah. Uang tabungan harus milik sendiri bukan bantuan orang lain,’’ kicaunya. Si Maia semakin cemberut ketika sadar ia tidak lagi memiliki celengan. Ia rayu ayah, ibu dan kakaknya. Namun semuanya kompak menolak. Akhirnya Maia sambil manyun menambal lubang celengan babinya dengan selotip. Lalu ia masukkan kembali recehan dan uang kertasnya.

Sebenarnya sejak kali pertama Maia meminta membuka rekening di bank ia hampir mengiyakannya. Namun, setelah berpikir-pikir ia tidak ingin membuat putri keduanya ini kecewa. Tabungan putrinya saat ini mungkin masih berkisar ratusan ribu. Apabila ia mampu mempertahankan hidup hematnya dengan jarang jajan maka ia bisa menyimpan 30 sampai 50 ribu rupiah perbulan. Dengan biaya administrasi bank yang cukup tinggi maka bisa jadi tabungan putrinya tidak semakin menumpuk malahan terkuras.     ’’Bisa-bisa ia malah kecewa dan malas menabung setelah melihat uangnya tergerogoti biaya,’’ ujar Bung Pentas pada istrinya.

Maia memang tidak menyembunyikan kekecewaannya pada orang tuanya. Ia kerap bercerita tentang teman-temannya yang telah memiliki akun atas nama mereka masing-masing. ’’Si Deni malah waktu daftar dapat tas dan boneka yang lucu, Ayah,’’ celotehnya. Sedangkan Aris, anak sulungnya, terkikik. Ia sampai sekarang berusia 12 tahun tidak sebegitu menginginkan punya tabungan di bank seperti adiknya. Simpan uang di dompet atau di laci saja sudah cukup, ujarnya dalam hati.

Hati Bung Pentas untuk menyenangkan putrinya mulai tergerak ketika membaca berita tentang Gerakan Indonesia Menabung yang dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudoyono, 20 Februari lalu. Di artikel tersebut Presiden meluncurkan program Tabunganku yang bebas biaya administrasi. Sebenarnya program ini sudah diluncurkan Oktober tahun lalu namun belum memasyarakat. Diharapkan dengan adanya gerakan menabung ini, program Tabunganku ini semakin dikenal dan diminati.

’’Rudi, kalau setiap orang mau ikut program ini maka tidak ada tuh cerita-cerita sedih dikejar-kejar debitur,’’ cerocos Bung Pentas pada rekannya satu divisi pagi tadi.
’’Nyindir nih ceritanya,’’ sungut Rudi. ’’Nabung di bank kan selama ini nggak untung malah rugi’’.
’’Kalau program Tabunganku beda,’’ bela Bung Pentas. Berbeda dengan tabungan konvensional, program ini bebas biaya administrasi dengan setoran awal Rp 20 ribu, terangnya.
’’Wah boleh juga tuh Tas’’.
’’Istirahat nanti aku mau antar anakku, buka rekening’’.
’’Kalau gitu aku juga mau buka ah buat kedua anakku, si Dimas dan Adit’’.

Pembukaan rekening baru itu memang sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh Maia. Ia dengan ceria menanyakan ini dan itu. Lalu ia serahkan celengannya ke petugas yang menyambutnya dengan geli. Tak terasa wajah Bung Pentas memerah. Namun, wajahnya berubah menjadi penuh kebanggaan ketika Maia kemudian memeluknya erat-erat.
’’Terima kasih Ayah. Maia akan giat menabung,’’ ucapnya.

~ oleh dewipuspasari pada Februari 24, 2010.

2 Tanggapan to “Yuk Menabung”

  1. senangnya kalo dari kecil sudah terbiasa dengan hidup hemat 🙂

Tinggalkan Balasan ke dewipuspasari Batalkan balasan