Bilangan Fu: Bukan Nol Bukan Satu
Bilangan fu merupakan bilangan mistis, antara ada dan tiada. Dia bisa nol, juga bisa satu. Bilangan inilah yang menjadi sumber pencarian Yuda selama masa remajanya. Dimulai ketika ia mendaki di Watugunung, pegunungan kapur di laut pantai selatan.Ilham bilangan fu didapatkannya ketika ia setengah tertidur dalam separuh perjalanannya mendaki. Antara sadar dan tidur, ia merasa didatangi oleh makhluk setengah manusia setengah srigala dengan jenis kelamin ganda. Makhluk itu kemudian juga hadir di mimpi-mimpinya selanjutnya. Ia menginfokan tentang sebuah bilangan yang unik, yang senyap namun juga ada.
Perkenalannya dengan Jati Parang lalu membawanya mengarungi dunia mistis spiritual. Anak seorang guru kebatinan ini mengajarkannya tentang clean climbing, dimana tidak menggunakan bor dan paku agar tidak merusak alam. Dari Jati, ia belajar mencintai alam dan tidak menganggap bodoh warga desa, termasuk mereka yang memberikan sesajen pada benda-benda alam. Bagi Jati, Tuhan yang disembah hanya Allah, namun kita juga tidak masalah memberikan sesajen dengan tujuan memuliakan alam. Pendapatnya ini ditentang Kupu-kupu, pria yang sangat menentang kepercayaan alam dan menganggap perbuatannya musyrik.
Meski Jati pria yang terlihat sempurna di mata Yuda, ternyata ia memiliki sisi lain yang tak disangkanya. Ia anggota klan Sudoki, kelompok sirkus kelas bawah, dimana 13 anggotanya adalah manusia cacat dan tuyul. Dia termasuk klan tersebut karena setiap tangannya berjari enam. Jati sendiri tidak tahu mengapa ayah angkatnya memaksa untuk berteman dengan mereka.
Dari Jati inilah Yudha mengenal keberadaan makhluk halus. Dan pertemuan pertamanya dengan tuyul membuatnya trauma. Dari bertahun-tahun pendakiannya, ia juga mengenal kisah Nyi Rara Kidul dari berbagai versi, serta kepercayaan masyarakat setempat akan hantu cekik. Namun, mendadak ia dibuat bingung dengan kehadiran ninja yang memburu guru ngaji. Adajuga kejadian mayat seorang berilmu yang bangkit dari kubur. Bagaimana Yuda dan Jati menyelesaikannya. Adakah kaitannya dengan bilangan fu?
Membaca karya Ayu Utama setebal 540-an halaman ini perlu mood yang baik. Saya telah membelinya tiga tahun silam dan baru sempat membacanya dengan tuntas beberapa saat lalu. Entahlah, karyanya yang ini seperti makanan pedas, yang membuat kita ingin dan ingin menuntaskannya.
Bilangan fu dalam kisah ini menjadi sentral cerita, dimana Yuda sangat terobsesi untuk memecahkannya. Karena itu Ayu Utama merasa perlu untuk menceritakan riwayat penemuan bilangan nol dan satu. Kaitan bilangan ini dengan kepercayaan menjadi signifikan dan sensitif, dimana Ayu mencoba mengkritisi monotheisme dan animisme. Ia tidak bermaksud mempertentangkan dua kubu, baginya Tuhan hanya yang disembah namun makhluk alam seperti pepohonan layak untuk dihargai. Di sinilah ia meluncurkan propaganda untuk mencintai alam.
Fiksi ini juga kental akan nilai politis, dimana Ayu mencermati kerusuhan yang mengatasnamakan agama, memburu orang-orang yang dianggap dukun sesat. Malangnya, selalu ada orang-orang gila atau tak bersalah yang menjadi korban kekejaman. Merinding, itulah istilah yang tepat usai membaca novel mistis-surealis ini.


Terima kasih Tuaffi dan Anton yang sudah berkunjung ke blog ini dan terima kasih ‘like’-nya :).