Cerdik Atur Duit: #Memasak Sendiri Jauh Lebih Hemat

kue kering3

Melanjutkan artikel sebelumnya yang bertajuk “Cerdik Atur Duit: Siapapun Bisa Membeli Tanah”, saya mengacungi jempol bagi ibu-ibu yang masih menyediakan waktu untuk memasak bagi keluarga. Pasalnya, memasak bukan hanya menunjukkan kecintaan kepada keluarga dan menyalurkan hobi, namun juga sangat menghemat pengeluaran, dan tentunya jauh lebih sehat.

Saya mulai rajin memasak sejak merantau ke Surabaya dari kota berhawa sejuk, yaitu Malang. Dengan uang sebesar Rp 200-300 ribu dari orang tua, saya harus memutar otak agar uang tersebut bisa cukup dalam sebulan untuk biaya kos, makan, pulang-pergi ke kampus, dan biaya untuk membeli buku serta fotokopi.

Bulan-bulan awal, biaya kos untuk sekamar berdua yaitu Rp 80 ribu. Makan di dekat kampus dua kali sehari sekitar Rp 3-4 ribu, sehingga sisanya sangat pas-pasan untuk foto kopi buku dan diktat kuliah.

Untunglah pada masa-masa awal kuliah tersebut saya tidak memerlukan biaya transportasi. Pengeluaran transportasi hanya untuk keperluan pulang ke Malang setiap dua minggu sekali. Namun, sejak pindah ke kos yang lebih nyaman, pengeluaran pun bertambah. Biaya kos naik Rp 20 ribu dan tansportasi PP sebesar Rp 1400,-. Mau tak mau saya pun terpaksa berhemat.

kue

Akhirnya saya memilih berhemat dengan jalan memasak sendiri. Ada pasar kecil yang tak jauh dari kos, sehingga tiap pagi, saya pun memasak nasi dan menyiapkan bekal untuk disantap saat makan siang di kampus. Masa itu, membawa bekal bukan merupakan sesuatu yang trendi, sehingga sering kali saya menyantapnya sendirian di sebuah ruang kelas kosong. Setelah menjalani penghematan tersebut, saya mulai bisa menyimpan uang sedikit-sedikit untuk keperluan tak terduga atau untuk jajan.

Ketika mulai bekerja di Jakarta, saya pun rajin membawa bekal dan memasak di kos. Alhasil, dengan gaji yang masa itu pas-pasan, saya bisa mengambil tabungan berjangka sebesar Rp 500 ribu per bulan. Dan tanpa terasa, setelah 7 tahun bekerja dan kemudian menikah, saya bisa mengumpulkan uang muka untuk membeli rumah. Saya sendiri terkadang terheran-heran melihat kebiasaan yang kelihatan remeh tersebut memberikan sesuatu yang sangat besar.

Coba kita kalkulasikan, membeli makanan di Jakarta untuk kelas kaki lima rata-rata Rp 10-12 ribu/orang, sedangkan untuk makan di restoran atau tempat makan di mall, rata-rata Rp 25-30 ribu/orang. Dalam sebulan saja, pos makan ini menghabiskan Rp 600-720 ribu/bulan untuk kelas kaki lima atau Rp 1,5-1,8 juta/bulan. Sementara, dari pengalaman saya membeli bahan masakan di pasar/tukang sayur plus beras, minyak, gula, dan gas, tidak lebih dari Rp 400 ribu. Dan itupun, bisa dimakan lebih dari satu porsi. Saya tidak mengelak jika kadang-kadang saya juga jajan atau makan di luar ketika bepergian sebagai selingan. Agar anggaran tidak jebol, saya menganggarkan maksimal Rp 200 ribu untuk makan di luar.

Nah, apabila kita hitung selisih antara membeli makan di luar dan memasak sendiri bisa sekitar ratusan ribu. Misalkan saja selisihnya Rp 500 ribu, maka selama setahun apabila kita simpan di reksadana pasar uang dengan yield sekitar 6% maka selama setahun bisa menghasilkan nilai sebesar Rp 6,167 juta. Lumayan bukan?! Apabila Anda lebih menyukai investasi riil, Anda bisa memulai untuk membeli tanah secara angsuran yang mulai banyak ditawarkan dari Rp 300 ribu/bulan. Sudah hemat, sehat, dan bisa berinvestasi. Selamat memasak!

 

~ oleh dewipuspasari pada Juli 14, 2013.

2 Tanggapan to “Cerdik Atur Duit: #Memasak Sendiri Jauh Lebih Hemat”

  1. Mantabh Pus. Boleh direblog kah?

Tinggalkan komentar