Kisah Gugurnya Gatot Kaca
Ada berbagai kisah tentang gugurnya Gatot Kaca, begitu pula ragam penampakan fisik sosoknya. Pada komik karya Fortuna Studio Production yang dirilis lebih dari 30 tahun silam, Gatot Kaca gugur di medan laga bukan hanya karena kedahsyatan senjata Konta milik Karna, melainkan turut andilnya seseorang yang berniat balas dendam kepadanya.
Kisah kepahlawanan Gatot Kaca berawal dari mulainya kekalahan demi kekalahan di pihak Kurawa. Setelah Resi Drona gugur di tangan Drestajumena, Prabu Sujudana nampak muram dan takut kekalahannya di ambang mata. Akhirnya Adipati Karna maju sebagai panglima perang.
Kresna memberi saran agar Gatot Kaca yang maju menghadapi tantangan Karna. Pasalnya, kesaktian dan kemampuan Gatot Kaca terbang akan mampu menghindari kegesitan Karna dalam memanah.
Sebelum berangkat ke medan laga, Gatot Kaca meminta bantuan Ki Lurah Semar untuk menahan Pandawa dan keturunannnya agar tidak keluar pada malam tersebut. Saat itu ada tiga raksasa, Alembana, Alembusa, dan Srenggiwana yang merupakan anak dari raksasa Jata Sura. Mereka hendak membalas dendam kematian ayah mereka yang tewas di tangan Bima.
Akhirnya Gatot Kaca bersama pasukan Pringgadani menghadapi pasukan Karna bersama prajurit Awangga. Pertempuran berlangsung seimbang.
Karna dan Gatot Kaca seolah mengamuk di medan laga. Karna sangat kesal anak panahnya tak mampu mengenai Gatot Kaca. Bahkan tak diduganya, Gatot Kaca mampu menyemburkan ribuan anak panah dari mulutnya. Anak panah tersebut hampir mengenai lengannya. Karna sangat murka.
Ia menimbang-nimbang untuk menggunakan senjata andalannya, Kontawijaya Danu, apalagi setelah melihat banyaknya prajurit Awangga yang tewas.
Di satu sisi, Gatot Kaca harus membagi konsentrasinya. Ada dua raksasa yang bersiap melumatnya. Satu raksasa, Srenggiwana telah tewas oleh keris sakti Bambang Irawan, putra Arjuna dengan putri Uluwati. Namun, Bambang Irawan juga tak tertolong karena lehernya sempat digigit.
Setelah dua raja raksasa lainnya berhasil ia kalahkan. Gatot Kaca pun berhadapan dengan Karna. Konta akhirnya dilepaskan oleh Karna dan senjata tersebut terus mengejar sasarannya.
Dengan gesit, Gatot Kaca menghindar dan terbang tinggi. Konta mulai melemah dan akan jatuh ke bawah. Ancaman maut hampir saja lolos, seandainya tidak ada ruh Ditya Kalabendana. Sukma tersebut melihat ada peluang untuk membalas dendam pada Gatot Kaca yang membunuhnya tanpa alasan. Ia membawa senjata tersebut ke arah Gatot Kaca yang tak sempat menghindar.
Waktu masih kecil, saya sangat sedih ketika membaca komik ini. Saat ini saya bertanya-tanya alasan Gatot Kaca membunuh pamannya, Ditya Kalabendana.
Kematian Gatot Kaca menurut saya sangat tragis. Ia seolah dijadikan tumbal agar senjata konta tidak dilepaskan ke Pandawa. Jika di film Indianya, peran tumbal Gatot Kaca lebih terlihat. Entah bagaimana perasaan Bima melihat pengorbanan anaknya tersebut.
Namun, di komik ini kematian Bambang Irawan jauh lebih mengenaskan. Dimana ia meninggal tanpa bertempur di medan laga, melainkan oleh raksasa yang hendak membalas dendam kepadanya. Arjuna juga pasti sedih melihat kematian Irawan, apalagi putranya tersebut tidak pernah diasuhnya.
Komik ini meski sudah puluhan tahun tapi grafisnya tidak kalah dengan komik masa kini. Gambarnya cukup detail dan pewarnaannya cukup tajam. Kisahnya juga menarik khas wayang purwa dengan kehadiran Ki Lurah Semar dan tokoh-tokoh yang tidak pernah dijumpai di kisah asal India.
dishare dong komiknya. seru tuh. Berarti Mahabharata ada 3 versi cerita ya kalo gitu.
Aku pernah lihat di pameran ada yang jual komik seri pewayangan.
Suka sama komik wayangnya..di scan mba biar bisa di baca sama banyak orang..:-)
Komiknya dari segi coretan dan warnanya memang apik dan detail. Kalau kuscan ntar kasihan penulisnya. Aku pernah liat di pameran buku, masih ada yang jual.