Kesehatan Mental di Era Digital
Apakah kesehatan mental itu penting seperti kesehatan fisik? Jawabannya tentu ya, apalagi pada era digital saat ini. Ada banyak kaum milenial yang mengalami masalah kesehatan mental pada saat ini. Hal ini tidak perlu dianggap sebagai sesuatu yang memalukan, melainkan sesuatu yang perlu mendapatkan solusi.
Kesehatan mental tak kalah pentingnya dengan kesehatan fisik. Masih ingat kan dengan semboyan “Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat”. Olah raga memang menjadi salah satu hal yang membentengi seseorang mengalami gangguan kesehatan mental. Namun, tidak semua yang berbadan sehat itu jika terbebas dari gangguan mental.
Kesehatan mental bisa didefinisikan sebagai kondisi individu merasa sejahtera di berbagai aspek kehidupan. Mereka yang mengalami gangguan mental bisa mengalami gejala seperti sulit berkonsentrasi, sulit berpikir, sulit mengendalikan emosi, dan suasana hatinya bisa memburuk atau seperti rollercoaster, naik turun.
Masalah kesehatan mental ini bisa menimpa siapa saja. Yang paling umum adalah stress. Gangguan ini bisa menimpa siapa saja, baik anak-anak maupun kaum dewasa. Orang dewasa bisa mengalami stress karena tekanan di tempat kerja atau karena masalah rumah tangga. Contohnya rumah yang tidak hangat karena sering berselisih antara suami istri, tenggat waktu pekerjaan yang mepet, gaji yang tidak sepadan dengan tenaga dan pikiran, dan sebagainya.
Gangguan mental lainnya bisa berupa keadaan ketergantungan. Misalnya kecanduan media sosial dan gim. Hal ini juga mulai menimpa kalangan milenial dan jumlahnya semakin meningkat.
Di salah satu kampus Jakarta, mahasiswa mahasiswi yang kecanduan gim terus meningkat. Ada yang sudah tertangani oleh kalangan profesional, banyak pula yang menutup diri.
Kalangan muda yang terpapar oleh media sosial sulit memisahkan diri darinya. Ia hampir selalu mengunggah status baru sebagai ladang curhat dan diary online. Ia juga merasa ingin ikut terkenal seperti selebtwet, selebgram, dan youtuber dengan panjat sosial seperti aktif di medsos dan rajin mengikuti hastag terbaru. Lainnya merasa takut jika ia ketinggalan sesuatu. Jika seseorang terlalu terpapar media sosial maka ia bisa menjadi kesulitan membedakan dunia nyata dan maya. Pasalnya tidak semua akun dan hal-hal yang terlihat di ranah internet adalah sesuatu yang nyata.
Ancaman di media sosial itu beragam. Ia bisa teradiksi sehingga hampir setiap saat rasanya ingin curhat, bercakap-cakap, atau pamer ini itu di media sosial. Kasus lainnya yaitu perundungan oleh netizen. Misalnya karena salah tuduh, si korban menjadi bahan perundungan netizen. Hal ini pernah terjadi. Seseorang selebtweet salah menuduh seseorang menjadi pelaku provokasi. Si korban salah tuduh yang tidak tahu menahu kemudian dimaki-maki dan direndahkan. Ia menjadi lemah mental dan ketakutan.
Mereka yang kecanduan gim juga bisa merasakan hal yang sama seperti mereka yang terpapar lama oleh media sosial. Ia bisa jadi antisosial di dunia nyata, lebih menyukai aktivitas di dunia maya, dan bisa jadi suatu ketika ia juga sulit membedakan sesuatu yang riil dan ilusi.
Jika kondisi mental yang sedang bermasalah ini dibiarkan maka ia bisa mengalami depresi. Depresi akut jika tidak tertangani akan bisa berbahaya.
Depresi dan cemas banyak dialami oleh remaja usia 15 tahun ke atas. Gangguan mental lainnya bisa berupa psikosomatis, bipolar disorder, halusinasi, delusi, dan paranoid.
Masalah mental bisa disembuhkan. Penderitanya bisa siapa saja. Sebelum ke psikolog maka sebaiknya ia juga sadar bahwa dirinya sedang memiliki masalah. Ia bisa menyampaikan masalahnya ke keluarga atau ke sahabat untuk mendapatkan solusi dan dukungan. Jika memang belum sembuh maka ia bisa meminta bantuan profesional seperti psikolog.
Aku mendapatkan ilmu tentang “Milenial dan Kesehatan Mental” ini dari kursus gratis di IndonesiaX. Materinya berasal dari Bu Ratih Ibrahim seorang psikolog terkenal. Ilmunya diawali dengan pengertian kesehatan mental, ragamnya, juga cara mengenali gejala dan mencari solusinya.
Gambar: pixabay
apa mbak mengenal Ratih Ibrahim secara personal?
temanku dulu sering berbeda pendapat dengan beliau.
dulu, ketika zamannya anak indigo.. tahun 2006 – 2008
kalau tidak salah..
sudah lama sekali rupanya
Enggak kenal secara personal. Tapi pernah ikut salah satu acara, pematerinya beliau. Wah kenapa dengan anak indigo?
Entahlah.. ingatanku sudah mulai payah..
Bukan sesuatu yang penting sebenarnya.
Mungkin tentang mengambil pengaruh.. perbaikan diri masing-masing orang, yang satu dengan konseling dan psikologi umum.. dan yang.. satunya lagi dengan kompatiologi dan psikologi alternatif.
Kalau tidak salah itu..
Wah nggak paham. Kalau urusan kuliah sudah kelar, aku mau puas-puaskan membaca banyak buku lagi.