Apakah Bao si Bapao itu Nyata?
Seorang Ibu membuat sebuah bapao, makanan khas China. Ia membuatnya dengan suka cita. Bapaonya nampak begitu nikmat. Hingga ia sendiri nampak begitu lahap menyantapnya. Tadi ada sebuah bapao yang berbeda. Ia ketakutan ketika hendak disantap. Bao, nama si bapao itu, pun kemudian dipelihara.
Si ibu sangat menyayangi Bao. Ia memperlakukan si Bao seperti anak kesayangannya. Si Bao pun tumbuh besar. Tapi tentunya wujudnya tetap bakpao yang menggemaskan.
Ia menemani si ibu beraktivitas. Ia ikut Tai Chi, ia juga mencicipi naik kereta. Lama kelamaan si ibu mendandaninya seperti anak laki-laki. Ia memakai baju mungil dan kaca mata.
Si Bao mulai memiliki kemauan. Ia ingin seperti anak laki-laki normal. Ibuuu aku ingin main sepak bola. Ooh jangan anakku bagaimana jika mereka bermain kasar?! Si Bao mencobanya dan badannya kemudian penyok sebagian.
Si Bao mulai keras kepala. Si ibu mulai kewalahan. Oh Bao kenapa dengan dirimu, Nak? Puncaknya si Bao meminta menikah. Ia membawa seorang gadis ke rumahnya. Ia hendak pergi dari rumah. Si jbu memaksanya tinggal. Karena tetap memaksa si ibu lalu tega berbuat sesuatu brutal. Ia menyantap si Bao hingga ia menghilang. Ia lalu menangis tersedu-sedu, kehilangan.
Apakah Bao benar-benar nyata?
Wujud Metafora?
Dalam film animasi pendek yang dirilis Pixar tahun 2018 ini penonton akan langsung gemas. Si Bao memang lucu dan wujudnya bikin ingin memilikinya.
Tapi jika memerhatikan awal mula hingga kisah animasi ini berakhir, maka ada sebuah petunjuk bahwa si ibu sebenarnya berkhayal. Si ibu hanya berangan-angan. Bao adalah alam bawah sadar si ibu ia kehilangan. Ia merasa kehilangan anak laki-lakinya.
Ketika mencari tahu lebih banyak soal film yang disutradarai oleh Domee Shi ini maka memang Bao adalah wujud metafora rasa kehilangan si ibu ketika anak-anaknya sudah besar dan mereka memiliki keinginan sendiri-sendiri. Biasanya ini terjadi dalam keluarga di Asia dan ini merupakan pengalaman yang dialami si sutradara yang berasal dari keluarga imigran China yang mencari peruntungan di Kanada.
Dalam keluarga Asia ada keterkaitan antara makanan dan kultur setempat. Biasanya ada jenis makanan yang sering dihidangkan di keluarga tersebut yang memunculkan perasaan nostalgia. Kalau di rumahku ada rawon, udang goreng, pecel telur dan telur petis. Di dalam film ini adalah bapao, jenis dinsum yang dikukus.
Keluarga Asia juga dikenal protektif terhadap anaknya. Orang tua berharap si anak menuruti kemauan mereka, bahkan dalam soal memilih jurusan pada saat kuliah.
Ibuku dulu sangat ingin aku masuk jurusan teknik elektro atau kedokteran Brawijaya. Waktu itu aku sebenarnya bisa masuk berdasarkan jalur prestasi, tapi aku lebih tertarik dengan jurusan arkeologi, kimia, ataupun hubungan internasional. Teknik informatika adalah kompromi aku tetap masuk teknik dan di bidang yang juga kusukai, matematika. Waktu itu perlu waktu lama untuk meyakinkan ibu bahwa aku akan baik-baik saja nantinya tinggal sendirian di luar kota. Dan ternyata memang aku bisa lulus ujian masuk dan aku baik-baik saja di Surabaya.
Melihat film “Bao” aku jadi kangen dengan ibu dan kampung halamanku. Mungkin ada suatu ruang kosong dalam setiap orang tua ketika anak-anaknya tumbuh dewasa.
Film berdurasi delapan menitan
ini meraih Oscar untuk kategori film animasi pendek atau best short film animated. Sebuah film yang indah tentang kehangatan keluarga dan juga ilustrasi yang menggemaskan. Skor 8,5/10.
Gambar: Pixar
Wah mantap, film 8 menitan dapat piala oscar.
Si Bao itu mungkin sejenis mitologi china ya bu…
Salam kenal kembali bu, kunjungi juga blog baru saya ya 🙂
Mungkin lebih pas metafora kultur Tionghoa. Kalau mitologi biasanya tentang makhluk fantasi seperti naga atau dewa.