Monyet Mike dan Cerita-Cerita Lainnya
Koleksi Enid Blytonku banyak yang lenyap. Entah teman-teman kakak yang mana yang meminjam dan tak mengembalikannya. Kalau ingat, aku masih kesal. Tapi untunglah koleksi Enid Blyton di Perpusnas cukup banyak. Aku pun bernostalgia dengan kisah dongeng Monyet Mike dan kisah-kisah lainnya.
Sejak dulu aku suka membaca Enid Blyton. Hingga kini aku juga masih suka membacanya. Favoritku Yosi, Klik, dan Bun, juga Koleksi Petualangan. Namun buku-buku dongeng dan serial lainnya juga kubaca.
Serial Kumbang, namanya. Entahlah kenapa dinamakan seperti itu. Tapi memang ada logo kumbang yang imut.
Dalam buku Monyet Mike dan kawan-kawan ini ada delapan cerita. Yaitu, “Monyet Mike”; “Si Mata Jeli dan Si Rabun”; “Beruang yang Tua Renta”, “Bila Pak Kurcaci Marah”; “Sally Si Tukang Menjerit”; “Yang Mana Dia”; “Tuan Budiman”; dan “Kebakaran”.
Bila sering membaca buku-buku serial kumbang maka ada nuansa dan kemiripan di beberapa ceritanya. Tapi tak apa-apalah masih enak dibaca dan pesan moralnya juga kental. Tema-temanya di antaranya dua anak yang memiliki karakter kontradiksi, orang-orang baik hati nan tulus, dan sesuatu yang bikin seorang anak yang memiliki perangai buruk merasa kapok dan tak mengulangi perbuatannya.
Favoritku dalam buku ini adalah “Tuan Budiman”. Diceritakan ada nenek yang tua renta dan melarat. Ia menjual tali sepatu yang uangnya hendak digunakannya untuk pergi menuju rumah cucunya. Pakaiannya nampak lusuh dan kumal sehingga anak-anak pun mengejeknya dan orang-orang kaya berharap ia tak sepatutnya di sana.
Ia lapar dan kedinginan. Saat itu salju dan angin dingin masih rajin datang. Tapi ia tak bisa berbuat apa-apa karena tak ada uang. Hingga kemudian datang seorang pria yang mengajaknya menghangatkan diri di rumahnya.
Ia bukan orang yang kaya. Hidupnya pas-pasan. Ia memberikan selimut hangat dan kemudian mengajaknya minum teh hangat dan menyantap roti dengan sedikit selai dan mentega. Tak ada lainnya, tapi si nenek nampak bersuka cita.
Setelah menjual barang dagangannya, pria bernama Budiman itu kemudian mengantar si nenek mencari rumah cucunya dengan gerobaknya. Diberikannya selimutnya untuk si nenek agar ia tetap merasa hangat.
Huuhuuh ceritanya mengharukan.
Lewat cerita “Beruang yang Tua Renta”, pembaca diperkenalkan dengan boneka beruang yang sudah tua. Wujudnya sudah agak compang-camping dan tak sebagus mainan-mainan baru. Tapi Billly sungguh menyayanginya. Ia sering tidur bersama Bruiny. Boneka ini dulu juga boneka ibunya. Ketika mainan lainnya mengejeknya, ia pun diam saja dan yakin Billy akan terus menyayanginya.
Dalam cerita “Pak Kurcaci Marah”, anak-anak diingatkan untuk menjaga kebersihan dan tak mengganggu hewan-hewan yang lemah. Tapi di sini untunglah kurcacinya tidak sampai mengamuk.
Cerita dengan tema kontradiksi ada di tiga cerita dalam buku ini, yakni “Si Mata Jeli dan Rabun”, “Yang Mana Dia”, dan “Kebakaran”. Intinya anak yang satu ceroboh, tidak awas, atau sombong, lainnya memiliki watak kebalikan. Tentunya yanh memiliki karakter baik dalam buku ini menerima hasil akhir yang juga baik.
Dan tema ketiga adalah cerita tentang watak yang buruk dan cara agar si pelaku bisa kapok melakukannya. Dalam “Monyet Mike”, ibu Mike mengancam akan membuang monyetnya apabila Mike tetap bersikap buruk yang selalu ditiru oleh monyetnya. Sekali dua kali tak berhasil. Kini tinggal satu kesempatan lagi bagi Mike.
Dan dalam cerita “Sally Si Tukang Menjerit” aku merasakan nuansa horor. Seram. Tiba-tiba ada perempuan yang menculik Sally dan memintanya terus menjerit hingga rumah perempuan tua itu ambruk.
Sally menjerit ketakutan hingga tembok runtuh dan cerobong asap jatuh. Tapi ia kemudian menghentikan jeritannya karena takut tertimpa atap. Si perempuan tua itu mengancam akan menculik Sally lagi jika ia masih suka menjerit. Menakutkan. Bagiku ini juga menyeramkan.
Cerita-ceritanya ringan dan menyenangkan. Dalam 30 menitan pun sudah bisa tamat. Buku ini bisa dibaca adik-adik dan juga kalian. Kaya pesan moral dan ilustrasinya indah.
Gambar dari Goodreads