Eksil, Pulang, dan Cerita-cerita Lainnya

PulangSuatu ketika aku menyaksikan Eksil di bioskop. Film yang menggambarkan sekelompok lansia yang tidak bisa pulang ke tanah air itu membuatku trenyuh. Mereka telah bertahun-tahun hidup di luar negeri. Mereka kesulitan karena nama mereka dikaitkan dengan organisasi, meski mereka tak berbuat apa-apa yang destruktif.

Cerita mereka yang dikucilkan oleh negara sendiri membuatku sedih.

Dulu ada juga film dokumenter yang juga membahas kisah serupa. You and I, judulnya. Film ini menggambarkan dua nenek yang sebenarnya bukan saudara, tapi hidup bersama karena sama-sama punya latar belakang yang miris. Keduanya diduga berhubungan dengan Lekra, organisasi seni, yang juga dilarang. Padahal mereka masih remaja dan hanya ingin berkesenian, tidak paham soal politik.

Namun begitulah suasana politik Indonesia masa itu. Curiga-mencurigai. Sahabat dan saudara bisa jadi lawan karena berbeda haluan. Yang menyedihkan banyak di antara mereka yang tak tahu apa-apa kemudian menjadi korban.

Cerita tentang situasi tahun 65-an yang panas juga menjadi latar cerita dalam buku berjudul Pulang karya Leila S. Chudori. Hananto, Dimas, dan lainnya harus bersembunyi karena nama-nama mereka juga muncul dalam daftar pantauan. Hananto berhasil ditangkap, istrinya diinterogasi, dan Dimas masih bersembunyi di Eropa, namun ia bingung bagaimana nantinya bisa kembali ke tanah air.

Tokoh-tokoh dalam cerita Pulang tak hitam putih. Sebagian pembaca mungkin tak bersimpati ke mereka karena ada saja tokoh yang tak menghargai kaum perempuan.

Aku sendiri belum selesai menuntaskan buku ini. Bukan karena temanya berat, tapi pembahasan dan tokoh-tokohnya kurang menarik bagiku. Tapi sayang jika tak ditamatkan.

Akhirnya tuntas juga gerimis bulan ini. Sebenarnya aku tak ingin Juni cepat berlalu, bahkan aku berharap setiap menit bisa kuisi dengan kegiatan yang penting dan bermakna bagiku. Juni jangan cepat pergi.

~ oleh dewipuspasari pada Juni 30, 2024.

Tinggalkan komentar