Ziarah: Jalan Misterius Menuju Santiago

pilgrimage

Sejak berkenalan dengan The Alchemist, saya mulai jatuh cinta dengan karya-karya Paulo Coelho lainnya. Unsur-unsur spiritual dan pesan bijak yang tak menggurui terhambur di setiap karyanya, membuat setiap karyanya unik dan juga berkesan. Begitu pula dengan buku berjudul The Pilgrimage (Ziarah) ini. Ketika membaca bab-bab pertamanya, saya sadar Paulo akan mengajak saya untuk merenungi perjalanan spiritualnya. Sebuah perjalanan suci, jalan misterius menuju Santiago.

Ziarah mengisahkan tekad Paulo untuk menemukan pedang barunya yang gagal ia peroleh ketika acara penobatannya sebagai Guru dan Kesatria Ordo RAM. Sang Guru yang hendak menasbihkannya merasa ia belum siap memiliki pedang barunya. Pedang itu kemudian ia serahkan ke istri Paulo untuk disembunyikan ke sebuah tempat yang masuk dalam rute jalan misterius menuju Santiago, Spanyol. Pedang itu akan menunggunya di sebuah tempat dan waktu yang tepat ketika Paulo sudah dinyatakan siap dan lulus dari ujian demi ujian.

Paulo merasa tidak yakin ia mau dan mampu untuk menempuh perjalanan spiritual tersebut. Namun, istrinya terus meyakinkan dirinya mampu dan menyemangatinya. Lalu terbanglah mereka berdua dari Brazil menuju Spanyol. Paulo kemudian ditinggalkan sendiri sebagai peziarah sementara si istri menyembunyikan pedang sesuai petunjuk Sang Guru. Paulo yang kebingungan untuk memulai perjalanan sucinya ini kemudian mendapatkan petunjuk untuk mengikuti si pemandu.

Pemandu yang bernama Petrus itu tidak seperti yang ia bayangkan. Ia keras ketika mengajarkan berbagai latihan RAM dan meminta Paulo untuk tidak banyak bertanya dan mendapatkan pengalaman sendiri ketika melakukan latihan-latihan tersebut. Ia mendesak Paulo untuk menerapkan latihan RAM tersebut dan membuka matanya lebar-lebar di setiap langkah perjalanan. Bahkan ia tidak membantu ketika Paulo diserang oleh iblis yang menyaru. Ketika Paulo terluka dan merasa tak berdaya, ia ragu untuk meneruskan perjalanannya dan berniat kembali ke Brazil. Akankah keraguan itu mengalahkan tekadnya?

Berbeda dengan The Alchemist, saya agak mengalami kesulitan untuk menamatkan buku ini. Bukan berarti gaya penceritaannya kurang bagus atau jalan ceritanya membosankan, melainkan karena ada banyak hal dalam buku ini yang sayang saya lewatkan. Saya memilih untuk membacanya perlahan-lahan untuk menyesapi dan merenungi tiap kata dan pesan bermakna dalam buku ini.

Saya tidak tahu apa itu Ordo RAM dan bagaimana peranannya di masyarakat modern. Saya juga tidak tahu apa fungsi pedang tersebut. Namun, seperti pengalaman saya ketika membaca The Alchemist, saya tidak ingin berprasangka dan mencoba berpikiran terbuka terhadap segala penuturan Paulo dalam proses ziarahnya.

Meskipun tidak mengenal Ordo RAM dan tidak tahu banyak tentang ritual kaum Nasrani, saya merasa buku ini bisa dibaca semua kalangan, termasuk kaum muslim. Buku ini mengungkap perjalanan suci seseorang dalam upayanya mendekatkan diri kepada Tuhan.

Ada banyak pesan bijak dalam buku ini yang terbalut dalam diskusi dan latihan-latihan RAM yang dapat dipraktikkan sehari-hari oleh semua orang. Pesan-pesan bijak itu seperti Tuhan yang sangat pemurah dan penuh cinta kasih kepada makhluknya. Ajaran untuk mencintai alam serta mempelajari pesan dan peringatan alam. Juga pesan untuk selalu waspada dan bersiap menghadapi segala kemungkinan. Petuah yang saya sukai dalam buku ini adalah “Tidak ada sesuatu yang serba kebetulan”.

Selain mengungkap makna dari perjalanan spiritual, buku ini menarik karena juga bermuatan sejarah. Siapakah San Tiago, bagaimana awal-mula perjalanan spiritual menuju Santiago, dan siapa sebenarnya Kesatria Templar.

Bacalah perlahan-lahan, sesapilah, dan resapi maknanya.

Detail Buku:
Judul Buku        : The Pilgrimage (Ziarah)
Penulis           : Paulo Coelho
Penerbit          :  Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit      : 2013 (Cetakan kedua)
Rating            : 8/10

Gambar dari : medievalchristianityd.wikispaces.com

~ oleh dewipuspasari pada September 22, 2014.

2 Tanggapan to “Ziarah: Jalan Misterius Menuju Santiago”

  1. Selain Alchemist belom pernah baca bukunya Paulo yang lain. Alchemist bagus sih cuman diriku agak-agak gak nyambung. Huehehehe.

    • Aku baru baca tiga Paulo, yang satu aku lupa judulnya sudah lama. Kalau menilik dari karya-karyanya sih sepertinya ia kenal dan pernah tahu cara jadi ‘magi’ yaitu orang yang bisa mengendalikan unsur alam, seperti mengubah sesuatu menjadi emas, membengkokkan sendok dll.
      Juga ia percaya dengan konsep tidak ada sesuatu yang kebetulan, hukum tarik-menarik (seperti buku Celestine Prophecy), dan konsep kombinasi spiritual Timur dan New Age.

      Aku juga agak susah baca buku-bukunya dia:p
      Tapi kalau sudah pernah baca buku Alchemist dan buku-bukunya James Redfield (The Celestine Prophecy dkk) sedikit lebih mudah:p soalnya Celestine juga lumayan rumit.

Tinggalkan Balasan ke danirachmat Batalkan balasan