“Menunggu Pagi” Tentang Pergaulan Bebas dan DWP
Siapa yang suka musik EDM dan sudah pernah menyaksikan Djakarta Warehouse Project alias DWP? Aku tidak keduanya. Biasa saja dengan musik EDM dan belum pernah nonton DWP, meskipun ingin dan penasaran juga. Nah, ada film tentang DWP yang dibintangi aktor yang lagi beken, Arya Saloka. Judulnya “Menunggu Pagi” alias
“Ten Seconds Before Sunrise”.
Film yang dirilis tahun 2018 ini bercerita tentang beberapa anak muda yang bergelut dengan narkoba dan keinginan menyaksikan acara DWP. Film ini disutradarai oleh Teddy Soeriatmadja dan dibintangi Arya Saloka, Ganindra Bimo, Aurélie Moeremans, Arya Vasco, Bio One, Raka Hutchison, Mario Lawalata, Putri Marino, dan Yayu Unru.
Film ini berfokus ke dua pria, Bayu (Arya Saloka) dan Martin (Mario Lawalata) yang takdirnya bersimpangan. Dikisahkan Martin punya masalah dengan narkoba. Ia diam-diam menjadi bandar narkoba di luar pekerjaannya sebagai DJ. Apesnya, ia berurusan dengan Benny (Yayu Unru), yang kejam.
Martin diminta segera mengembalikan narkoba yang belum dijual plus setorannya, bila nyawanya masih ingin diampuni. Ia pun kelabakan. Sementara kekasihnya, Sara (Aurelie Moeremans) minta putus setelah melihatnya bersama perempuan lain.
Di toko piringan hitam, ada Bayu (Arya Saloka) yang menampik ajakan ketiga kawannya untuk nonton DWP. Tapi ketika Sara datang ke tokonya, ia berubah pikiran.
Rupanya ada banyak hal yang terjadi sebelum dan setelah mereka menyaksikan DWP. Apakah Martin selamat dan Bayu akhirnya bersama Sara?
Film yang Biasa Saja
Temanya biasa saja, bukan sesuatu yang baru. Aku malah jadi ingat tembang Peter Pan berjudul “Menunggu Pagi”, salah satu tembang mereka yang kusuka.
Akting para pemerannya juga biasa saja. Yang menarik perhatian malah sosok komedian Mongol Stres yang di sini berperan sebagai kustomer. Juga performa Bio One di sini sebagai Adi si badut dari keempat pria tersebut. Ia yang berperan menjahit cerita di sini.
Sisi plus film ini adalah bisa menggambarkan hingar bingar suasana klub malam dan DWP. Bagi yang penasaran seperti apa itu DWP bisa intip film ini.
Ada banyak dialog berkaitan dengan pergaulan bebas, sehingga filmnya lebih tepat ditonton 17 tahun ke atas. Sebenarnya film ini potensial hanya karakternya nanggung dan dialognya kurang berisi. Jadinya yang berkesan hanya hingar-bingar DWP. Kenapa harus ke DWP bukan ke JRL, misalnya? Entahlah, tidak ada penjelasan.
Omong-omong melihat interaksi Aurelie dan Arya Saloka ini aku jadi ingat film “Story of Kale”. Di dalam film tersebut, keduanya menjadi sepasang kekasih yang saling bertengkar. Alhasil jadi seperti kelanjutan film ini, sayangnya bukan.
Film ini sekadar tontonan yang menghibur. Juga bisa disimak oleh mereka yang penasaran dengan film-film layar lebar Arya Saloka selain hits di sinetron “Ikatan Cinta”. Skor: 7/10, ada kontribusi skor dari suasana DWP yang berhasil direkam dan ditampilkan dengan baik di film ini.
Oh iya film ini bisa ditonton di Netflix.
Gambar dari IFI Sinema di Tirto dan Hai
Terkait
~ oleh dewipuspasari pada Mei 4, 2021.
Ditulis dalam Resensi Kaset/CD/DVD. Lain-lain
Tag: film, menunggu pagi, Ten seconds before sunrise