Lingkar Tanah Lingkar Air, Sulitnya Membedakan Kawan dan Lawan

Lingkar Tanah Lingkar Air

Tahun-tahun awal Indonesia merdeka, para pemuda menghadapi sejumlah tantangan. Belanda datang kembali bersama Sekutu. Situasi makin buruk ketika musuh bukan hanya datang dari pihak luar, melainkan juga sesama anak bangsa. Banyak bujukan untuk bergabung dengan laskar DI/TII yang menentang pemerintah Cerita dilematis pada era mempertahankan kemerdekaan tersaji apik dalam buku berjudul Lingkar Tanah Lingkar Air karya Ahmad Tohari.

Dalam buku yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama tersebut, cerita berfokus pada sosok aku bernama Amid. Ia adalah pemuda kampung yang kemudian terbujuk untuk bergabung dengan laskar DI/TII.

Bersama Kiram dan teman-temannya yang lain, mereka bergerilya dari Gunung Slamet, Gunung Ceremai dan tempat-tempat lainnya. Dari jumlah pasukan yang besar mencapai seribu orang, kini jumlahnya terus menyusut. Kini hanya Amid, Kiram, dan Jun.

Selama tiga tahun berjuang, Amid mulai mempertanyakan niat gerakan ini. Ia makin ragu ketika melihat di sana sini mayat lawan dan kawan tergeletak dengan naas oleh pergolakan senjata. Mereka sama-sama saudaranya setanah air.

Makin lama Amid berjalan, ia makin ragu. Apa sebenarnya yang dicarinya? Haruskah mengorbankan saudaranya sesama tanah air untuk mewujudkan niat organisasinya.

Sebuah Cerita yang Memilukan dan Terasa Riil
Saya membaca buku ini kedua kalinya. Ketika membaca kedua kalinya, perasaan suram dan nestapa masih terasa ketika menyelesaikan buku ini.

Ini adalah sebuah buku yang terasa jujur dan riil bercerita tentang situasi Indonesia pada masa era mempertahankan kemerdekaan. Ya, bukan hanya musuh dari negara seberang yang datang hendak merampas negeri.. Banyak musuh yang disadari atau tidak berasal dari sesama anak bangsa. Dan, ini sungguh memilukan oleh karena para pemuda dan prajurit harus melawan saudara-saudaranya sendiri.

Kebetulan saya sudah pernah menyaksikan film Darah dan Doa yang disutradarai Usmar Ismail. Film ini memiliki nafas yang mirip dengan cerita Lingkar Tanah Lingkar Air ini di mana musuh mereka adalah sekutu, PKI, dan juga laskar DI/TII. Mereka kebingungan membedakan lawan dan kawan.

Dalam buku ini pembaca akan diajak menyelami perasaan Amid dan merasai situasi masa itu yang suram dan seram. Perang memang mengerikan. Amid di awal-awal bercerita ia tak pernah lagi merasa aman. Ia harus selalu waspada.

Pemandangan berupa mayat dalam kondisi mengerikan sudah banyak ditemuinya. Namun ia tetap merasa pilu karena ada orang-orang lemah yang ikut menjadi korban karena tak sengaja bertemu takdir dengan mereka.

Dari buku ini pembaca akan ikut merasai konflik batin yang dialami Amid. Ada dialognya dengan seorang kiai yang menarik dan memberikan pesan untuk cinta tanah air. “Taat kepada pemerintah yang sah adalah kewajibanku, kewajiban menurut imanku, iman kita.”

Buku ini memberikan perkembangan karakter dari Amid. Ia yang hanya pemuda kampung dan ingin membela tanah air kemudian melalui sejumlah lika-liku.

Ahmad Tohari berhasil menyampaikan konflik yang dialami sejumlah pemuda saat itu di tengah situasi yang serba kacau. Ada banyak pesan cinta tanah air di sini dan refleksi sejarah Indonesia yang suram masa itu.

Saya sendiri menyukai cerita-cerita Ahmad Tohari sejak membaca Ronggeng Dukuh Paruh, Bekisar Merah, Kubah, dan masih banyak lagi. Narasinya mengalir, seperti juga dalam kisah ini. Diksinya indah, ia menambahkan bahasa bunga, namun tak berlebihan dan isinya mudah dipahami. Adanya menggunakan sudut pandang pertama yaitu Amid membuat cerita ini terasa lebih personal.

Buku ini cocok dibaca siapa saja, khususnya generasi muda agar mereka mendapat wawasan seputar masa-masa mempertahankan kemerdekaan yang tidak mudah, juga memberikan motivasi ke mereka untuk tetap mencintai tanah air. Memperjuangkan kemerdekaan itu berat, namun mempertahankannya juga tak kalah berat. Oleh karena itu kita wajib bersyukur dengan terus bersatu-padu dan memberikan kontribusi yang baik bagi negeri tercinta ini.

Keterangan Buku:
Judul Buku: Lingkar Tanah Lingkar Air
Pengarang: Ahmad Tohari
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2015
Jumlah halaman: 168 halaman

Iklan

~ oleh dewipuspasari pada November 21, 2022.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

 
%d blogger menyukai ini: