Membuat Kompos
Setiap pagi dan petang aku menyapu halaman. Selalu ada saja dedaunan dari pohon mangga yang berjatuhan. Dedaunan itu kukumpulkan di bagian pojok, tapi cukup lama terurai. Aku kemudian terpikir untuk membeli komposter.
Sebenarnya komposter sederhana bisa dibuat sendiri dari kaleng cat atau wadah sampah kemudian diberi pipa dan kran. Tapi aku tak pandai membuat prakarya hehehe, jadinya aku membeli saja. Bonusnya dapat sebotol probiotik untuk membantu mengurai sampah organik.
Kompos sendiri dapat didefinisikan sebagai material hasil penguraian bahan organik dengan bantuan mikroba. Lingkungan untuk membantu proses ini adalah lingkungan yang lembab dan hangat.
Aku sejak lama cemas akan sampah. Dua tahun lalu di kampungku pernah terjadi dua minggu lamanya sampah tidak diangkut oleh petugas. Gang rumahku jadi bau dan kumuh. Ada yang menggeliut-liut juga di jalan karena ada yang membuang daging dan ayam mentah. Jika satu rumah setiap minggu menghasilkan minimal empat kantung besar sampah, maka satu gang rumah bisa sekitar 60 kantung sampah per minggunya.
Misalnya saja petugas sampah absen sebulan untuk 500 kepala keluarga, berapa banyak sampah yang menumpuk. Huuh aku tak bisa membayangkan apabila sebuah kota tertimbun oleh sampah. Dengan dana APBD yang besar saja masih belum terimplementasikan mesin pengolah sampah menjadi energi listrik. Ah entahlah kemana larinya APBD DKI yang trilyunan tersebut.
Sebagai warga biasa, aku merasa perlu untuk bertindak. Bukan sekedar ribut-ribut tentang siapa yang harus membersihkan selokan di gang, tapi juga menjaga lingkungan dengan mengolah sampah.
Selama ini sampah kardus dan botol plastik kupisahkan. Dulu aku rajin memisahkan sampah bungkus plastik dengan lainnya. Kupikir kebiasaan dulu ini harus kubangkitkan lagi.
Dulu aku juga rajin mengumpulkan sampah dapur seperti sampah kulir bawang, bagian sayuran yang tak terpakai dan sebagainya. Cuma karena kesibukan aku mulai lalai.
Ya kini waktunya kembali bertindak. Aku akan kembali mengelompokkan sampah dan mengolahnya. Apalagi komposter sudah di tangan. Sampah organik tinggal kukumpulkan dan kuberi tambahan probiotik. Kemudian aku harus sabar menunggu sampah itu berubah jadi pupuk cair. Wah aku tak sabar menunggu halamanku jadi kebun yang asri.
Bener sih, saya juga sedang memulai memilah sampah, terutama kertas dan kardus, bisa dijual lagi ke tukang loak yang biasa datang akhir bulan ๐
Nha kalau pupuk kompos, sedang dalam rencana juga, niatnya mau coba nebar banyak bibit di halaman rumah, biar adem ๐
Iya bisa. Membantu rumah bersih dan daur ulang sekaligus menghasilkan nilai komersil.
Siip, sampah
Sampah daun dan organik sayang dibuang, biar bisa jadi pupuk
Goods