Ketika Menulis Sepenuh Hati Tapi Pembaca Sedikit
Seorang mentor yang mengajari kami berakting di ekskul teater berkata kepada kami, yang paling dinanti oleh pemain teater bukanlah honor pentas yang besar, melainkan gemuruh tepuk tangan. Begitu juga dengan pemain panggung lainnya seperti penyanyi dan sebagainya. Lantas bagaimana apresiasi yang diharapkan oleh seorang penulis?
Bagi seorang novelis ketika novelnya laris manis dan banyak dibicarakan oleh pembaca tentunya hal yang menggembirakan. Syukur-syukur jika skor dari pembaca juga bagus. Akan menjadi bonus lagi jika karyanya kemudian diangkat ke layar lebar. Tentunya setelahnya karyanya akan semakin banyak dikenal dan dibaca.
Ya seorang penulis akan senang apabila karyanya banyak dibaca. Ia akan terharu dan bangga jika ada yang terinspirasi menjadi lebih baik ketika membaca karyanya.
Seorang penulis kolom, cerpen, atau puisi juga akan merasa senang jika karyanya dilirik oleh redaktur media cetak. Karyanya akan dicetak di sebuah koran atau majalah. Ia akan banyak dibaca. Honor mungkin nomor dua. Kepuasan pembaca yang banyak lebih penting seperti ketika mendengar gemuruh tepuk tangan hingga “standing applouse”.
Bagaimana dengan penulis blog atau penulis blog keroyokan?
Sama saja. Mereka akan senang jika tulisannya diapresiasi. Di blog keroyokan biasanya ada label pilihan atau artikel utama. Jika sebuah artikel menjadi artikel utama maka ia dianggap cukup baik dan ada peluang pembacanya akan lebih banyak.
Tapi di blog pribadi tidak ada label seperti itu. Pemiliknya adalah kita sendiri dan biasanya kita menganggap semua tulisan adalah sama.
Memang kadang-kadang ada tulisan yang ala kadarnya karena sedang tidak mood, sedang kurang ide, atau sedang lelah. Tapi ada pula jenis tulisan yang kita persiapkan matang, dengan riset, dan memerlukan waktu untuk mengolahnya.
Ketika tulisan yang sudah kita persiapkan dengan baik ternyata pembacanya sedikit memang sedih. Aku sering mengalaminya. Kadang-kadang hanya dibaca kurang dari 20 pembaca. Malah tulisan ringan kadang-kadang malah banyak pembacanya.
Memang hal tersebut bikin kecewa dan sedih. Tapi jangan berlarut-larut. Tetap menulislah.
Urusan jumlah pembaca itu memang sebuah misteri. Biarkanlah tulisan itu menemukan jodohnya. Jika tak banyak dibaca ada banyak kemungkinan, bisa karena topik tak menarik, tulisan tak enak dibaca, atau banyak tulisan sejenis atau sebaliknya, bukan jenis tulisan populer.
Biarkan tulisan menemukan pembacanya. Jangan berlarut-larut kecewa dan sedih ketika pembaca hanya sedikit.
Gambar: pexels
Terkait
~ oleh dewipuspasari pada September 21, 2019.
Ditulis dalam Opini
Tag: menulis, pembaca sedikit
tetap menulis sepenuh hati yaaaa 😇😁😁
Momo juga:)
Semangat! Hehehe
Kalau aku, Alhamdulillah, dari awal ngeblog gak punya perasaan semacam itu. Jadi aku ngeblog ya ngeblog aja. Soal ada pembacanya atau enggak itu, bagi aku gak begitu penting bahkan cenderung terserah. Rasanya itu juga yang membuatku masih bertahan.