Susahnya Nero Diperiksa Dokter
Nero sakit. Aku langsung panik. Ia nampak begitu menderita dan sakit. Matanya berselaput putih. Tapi yang lebih bikin perih, ia sulit untuk melangkah dan berdiri. Kaki belakangnya sakit.
Aku bingung bagaimana membawa Nero, ia kucing dewasa. Usianya lima tahunan. Ia kucing setengah liar. Aku tak membiasakannya jadi kucing rumahan. Ia selalu ingin melangkah dan menjelajah.
Meskipun sakit, si Nero masih enggan untuk sekedar menginap di rumah. Nalurinya memintanya untuk menjelajah. Dengan kakinya yang goyah. Ia beberapa kali terguling dan terjengkang. Aku tak tega melihatnya.
Sementara klinik kucing sangat penuh. Harus berjanjian dengan dokter sehari atau dua hari sebelumnya. Akhirnya baru siang ini aku dapat jadwal.
Sakit-sakit gini Nero masih kuat. Ia masih mencoba untuk kabur. Aku susah payah menaruhnya dalam kandang. Ia terus memberontak. Selama dalam perjalanan ia terus mengeong-ngeong, ia nampaknya kesal dan marah.
Di dalam ruang pemeriksaan Nero makin bertingkah. Ia menjadi super galak. Dokter hewan dan asistennya berkali-kali mau digigit dan dicakar hingga keduanya nampak menyerah. Ia marah ketika dicekokin obat cacing yang berbentuk tablet, mau diludahkannya.
Nero…Nero aku jadi malu ke dokternya. Aku jadi ragu untuk membawanya lagi untuk diperiksa. Moga-moga tidak lagi kejadian.
Si Nero tiba di rumah dengan gembira. Ia langsung makin banyak. Setelahnya ia tiduran. Ia nampak santai dan tenang.
Semoga cepat sembuh, Nero.