Kucing Angkat Buruk Rupa
Dari kelima anak kucing si Mungil Ponoc, ada satu yang bukan anak kandungnya. Ia ibarat seperti anak itik buruk rupa. Wujudnya berbeda dengan anak-anak kucing lainnya.
Si Mungil induk kucing yang luar biasa. Dengan tabah ia menyusui anak-anaknya. Empat anak kucing, jumlah yang lumayan banyak. Kegiatannya banyak dihabiskwn di sudut rumah, membersihkan dan menyusui anak-anaknya.
Hingga muncullah anak kucing lainnya. Anak si kucing cokelat, induk kucing yang nakal. Ia berbeda sifat dengan si Mungil yang teladan. Ia induk yang jahat. Tiga kali melahirkan, anak-anaknya ditelantarkan. Awalnya kupikir ia mengalami sindrom menjadi ibunda. Tapi ternyata itu hanya karena ia memang jahat. Aku berniat membuangnya karena meraaa kesal demgan ulahnya. Ada kalanya aku kasihan. Siapa tahu ia bisa mngubah dirinya. Setidaknya malu melihat anaknya dipelihara si Mungil dengan kasih sayang.
Aku hanya menemukan satu dari entah berapa anak si kucing cokelat liar itu. Anak-anak lainnya terus merengek, aku mendengar suaranya. Sayangnya aku tak tahu di mana si induk nakal itu menelantarkannya.
Anak kucing yang kutemukan buruk rupa. Ia bernasib malang. Induknya sibuk pacaran, anaknya dua hari tak makan. Akhirnya si anak kucing itu kutaruh di tempat si Mungil. Kucing manis itu tak masalah ketika anak kucing itu kemudian ikut menyusu kepadanya. Jadilah ia anak persusuan.
Wujudnya berbeda dengan empat anak kucing lainnya. Bulunya lebih tipis dan warnanya tak menarik. Dengan lembut dan kasih sayang si Mungil menjilatinya, membersihkannya seperti anak kandungnya sendiri.
Anak-anak kucing itu semakin tumbuh besar. Dua dari kelima anak kucing itu matanya sudah terbuka. Selamat datang ke dunia manusia.
Mba Dewi, aku rekomendasi kamu untuk ikut Liebster Award, tolong baca postinganku yaa.
Eh? Wah terima kasih banyak apresiasinya. Tapi lay out dan desain blogku aku sendiri merasa belum menarik. Ok aku akan singgah ke blognya🙂