Membaca Sisi Lain Pangeran Diponegoro
Hampir tengah malam, aku membuka sampul plastik buku berjudul “Sisi Lain Diponegoro” karangan Peter Carey. Aku baru membacanya secara sekilas.
Gaya penulisan dan gaya berbahasanya masih seperti karya penelitian. Ia menggunakan beberapa referensi untuk menuliskan karya yang merupakan karya disertasinya.
Aku belum bisa membuat rangkumannya karena belum selesai membacanya. Dari sekilas yang kubaca, aku kecewa dengan beberapa fakta. Fakta yang juga kutemui di kisah perjuangan Palembang dan daerah-daerah lainnya. Rupanya tak semua daerah dan pembesarnya mendukung perang Jawa.
Perang Jawa terjadi pada tahun 1825 hingga 1830. Ini merupakan perang dahsyat yang membuat pihak kolonial Belanda kewalahan. Ia juga menguras banyak kas. Belanda rugi besar dan ingin mengakhirinya.
Dari sekilas yang kubaca di buku ini Belanda seperti biasa melakukan politik adu domba. Beberapa kerajaan dan orang tertentu ditawari iming-iming jabatan dan pengaruh kekuasaan. Mereka terbujuk dan kemudian berada di pihak Belanda.
Hal yang sama terjadi di berbagai daerah. Strategi yang serupa. Mengecewakan.
Buku ini menggunakan beberapa referensi sejarah. Di antaranya Babad Kedung Kebo dan Babad Diponegoro. Juga ada catatan di Surakarta dan catatan historis lainnya.
Aku belum menyelesaikan membacanya. Lebih baik kuselami perlahan-lahan.
ada referensi terbaru lagi kak, karya ust salim fillah yaitu buku
pangerang dan jannisary terakhir.
gaya penulisannya gaya novel. bagus deh
Jannisari jadi tentang kisah turki jaman Ottoman ya?