Opal dan Pohon Mangga
Hari ini cuaca mendung, namun semangat kucing-kucing muda tak surut. Mereka tetap asyik masyuk, bermain hingga badan layu.
Kali ini mereka bermain panjat-memanjat. Pelopornya adalah Opal. Kucing paling mungil itu lincah dan jago memanjat.
Sore hari ketika langit masih cerah, Opal tiba-tiba melesat ke halaman. Ia telah kenyang. Makan nasi plus ikan kedua kalinya. Paginya ia sudah makan biskuit. Sayang ia tak kebagian tuna ayam kalengan. Ia sudah kenyang.
Opal punya banyak tenaga untuk bermain. Kali ini ia ingin memanjat pohon. Pohon mangga.
Meski badannya paling mungil, ia paling lincah. Tak lama ia sudah berada di bagian pohon, begitu tinggi. Cipung dan Kidut melihatnya saja dari bawah, merasa kuatir.
Aku melihat aksi Opal dengan takjub. Kucing tiga bulan itu begitu beraninya. Lalu tak lama aku melihat ia masih di atas. Masih di situ juga. Sepertinya ia tak bisa turun alias tak berani turun.
Waduh.
Aku pun mengangsurkan emaknya. Si Mungil kuminta untuk menjemputnya. Kutaruh di bagian tengah pohon, pertemuan antar cabang. Ia enggan dan malah turun.
Lalu kutaruh Cipung dan Kidut di situ. Mereka pun duduk manis di sana. Si Opal masih takut dan tak bergerak. Aku bingung, untuk mengambil Opal aku perlu tangga karena posisinya begitu tunggu.
Si Cipung kali ini berguna. Ia melangkah berani ke atas. Melihat Cipung, Opal pun berani menuruni dahan. Posisinya kini di tengah, tak jauh dari posisi awal Cipung dan posisi si Kidut.
Opal mulai gembira. Cipung memilih untuk turun. Lalu rasanya aku merasalan sesuatu. Kedua kucing itu takut turun. Kidut dan Opal tak bisa turun.
Ya akhirnya satu-persatu kucing kuturunkan. Si Kidut mengeong keras ketakutan ketika kuturunkan. Opal juga enggan melepas cakarnya. Keduanya ketakutan.
Ya kucing-kucing kembali menginjak tanah. Mereka nampak lega. Lalu mereka memandang pohon mangga. Lain waktu panjat lagi ah.