Surat-Surat untuk Diriku di Masa Depan
Hai Puspa,
Aku tahu Kamu kemarin kesal karena dua anak kucing, Opal dan Cipung, tadi hendak mencuri ayam rebus di panci. Ayamnya selamat, kaldunya sebagian tumpah. Tapi yang paling membuatmu kesal, tutup panci kaca itu pecah. Kamu tak punya lagi tutup yang pas dengan panci itu.
Kedua anak kucing itu nakal. Kamu kemudian menghukumnya untuk tinggal semalaman di dapur. Mereka sudah makan berulang kali. Mereka hanya ingin nakal. Itulah yang membuatmu kesal.
Hai Puspa,
Tahukah Kamu sebentar lagi memasuki bulan kesembilan. Aku tahu Kamu resah. Hari-hari terasa begitu cepat berlalu. Sementara pekerjaanmu termasuk di kampus begitu padat sehingga membuatmu begitu was-was.
Ayolah Puspa aku tahu Kamu bisa mengatasinya. Menyelesaikannya semua. Aku tahu itu karena aku bagian darimu.
– – –
Ini surat ketiga yang kubuat untuk diriku sendiri. Kukirim pada saat malam hari dan kubaca keesokan paginya. Subyeknya berjudul “Hai Puspa blablabla”.
Entahlah rasanya menyenangkan mendapatkan surat meskipun surat itu berasal dariku sendiri. Aku di masa kini mendapat surat dari diriku di masa kemarin. Aku mengirim surat untuk diriku di masa depan. Meskipun hanya selang beberapa jam
Seperti dalam film fantasi atau fiksi sains.
Lalu aksiku merambah. Aku mengirim surat ke orang terdekatku. Judul suratnya Hai x blablabla. Misalnya Hai Upik Hari Ini DuaAnak Kucing Begitu Manisnya.
Rasanya menyenangkan. Coba kalau kutulis tangan dan lalu kukirim lewat pos. Ah mungkin sensasinya seperti mendapatkan surat dari sahabat pena.
Hai Upik,
Tahukah Kamu ada kehidupan menarik di halaman ketika kampung tak sepadat saat ini. Para burung mungil ramai tiba mematok sisa makanan kucing.
Blablabla
Sungguh aku jadi kangen surat-suratan via pos.
Ilustrasi dari film 5 Cm per Second