“Talak 3”, Drama Komedi dengan Unsur Religi
Hanung Bramantyo kerap bermain dengan tema religi dalam karya-karya yang dibesutnya. Isu yang sebagian pihak dirasa sensitif ini dikemasnya dengan cara yang menarik dan menyentil. Salah satunya lewat “Talak 3”.
Dalam film “Talak 3” ini Hanung berduet dengan Ismail Basbeth di kursi sutradara. Bintang utamanya semuanya ‘A list’, yaitu Vino G Bastian, Laudya Cynthia Bella dan Reza Rahadian sebagai Bagas, Risa, dan Bimo.
Dikisahkan Bagas dan Risa adalah mantan pasangan suami istri. Mereka bercerai setelah Bagas ketahuan selingkuh. Bagas yang emosional menalak tiga istrinya.
Kehidupan keduanya kemudian dikisahkan memburuk. Rumah mereka terancam disita, utang lainnya juga menumpuk. Kemudian ada tawaran proyek pameran pernikahan dari eks atasan mereka, namun syaratnya mereka harus rujuk agar mereka nampak kredibel.
Rujuk setelah talak tiga memerlukan proses berbelit. Harus ada pihak ketiga yang menikahi Risa dan menceraikannya dulu. Bagas pun memutar akalnya untuk mengakali aturan agama tersebut.
Film Religi yang Jauh di Atas Ekspektasiku
Film religi semenjak “Ayat-ayat Cinta” populer, rata-rata temanya itu-itu saja. Umumnya condong ke tema percintaan atau berkesan menggurui. Hanya sedikit yang berani menampilkan kondisi nyata atau memaparkannya dengan cara yang santai tapi pesannya tetap mengena.
Menurutku “Talak 3” ini berhasil menampilkan unsur religi tanpa kesan menggurui dengan asyik dalam rupa drama komedi. Ia jauh di atas ekspektasiku.
Poin tertinggi ada pada jalinan ceritanya. Unsur drama dan komedinya pas. Ceritanya segar dengan adanya unsur suap-menyuap meskipun ranahnya agama hahaha. Menurutku ini sentilan serius, pasalnya di negeri ini juga pernah terjadi beberapa kasus korupsi di bidang agama.
Unsur humor dengan melibatkan stand up comedy juga tidak berlebihan. Kehadiran Cak Lontong, Dodit Mulyanto, Mo Sidik memberikan bumbu dalam cerita.
Poin kedua adalah visualnya. Gambar-gambarnya tajam dan jelas, dengan panorama dan sudut-sudut Yogya yang indah dan khas. Pantai, ‘gurun pasir’, dan persawahan yang ditampilkan memanjakan mata. Aku suka ketika kamera menyorot makanan, seperti sate dan kemudian tempe jadah, nampak mengundang selera.
Di beberapa adegan warna sengaja dibedakan menjadi nampak redup dan hitam putih untuk memperkuat masalah perbedaan waktu. Ada adegan maju dan ada adegan mundur.
Dari segi akting, rupanya Vino cocok dengan cerita-cerita drama komedi semacam ini. Aku mengikuti beberapa film Vino dan karakter-karakter semacam ini cocok untuknya. Vino, Bella, dan Reza di sini tampil bagus menghidupkan cerita, meski bukan penampilan terbaik mereka.
Oh ya dalam film ini Hanung, Ismail ikut muncul walau hanya sebagai figuran. Juga ada penampilan dari Hasmi pengarang Gundala sebagai kepala KUA dan Siti “Tejo” Fauziah sebagai pegawai KUA.
Skor: 7.8/10
Gambar: Netflix