“99 Nama Cinta” Romansa dengan Unsur Asmaul Husna

99 nama cinta

“Semua nama-nama Allah adalah nama yang melambangkan cinta.”

Lagi-lagi sebuah film religi yang jauh di atas ekspektaksi. Meski dikemas dengan bumbu romantis dan komedi, film religi ini tetap legit dan berisi. Judulnya adalah “99 Nama Cinta”.

Terinspirasi dari Asmaul Husna atau nama-nama Allah, Garin Nugroho menulis naskah “99 Nama Cinta”. Naskah ini kemudian dieksekusi di bawah nahkoda Danial Rifki dan dibintangi Acha Septriasa dan Deva Mahenra.

Film ini berkisah tentang Talia (Acha Septriasa) dan Kiblat (Deva Mahenra) yang dulunya adalah sahabat masa kecil. Talia adalah presenter acara gosip, “Bibir Talia”, yang populer. Suatu ketika ia menghadapi masalah karena menghadirkan narasumber yang tak disangka-sangka. Tapi yang kemudian membuat hidupnya berubah adalah sosok pemuda yang datang ke kantornya dan berkata akan mengajarinya mengaji.

99 nama cinta

Pemuda itu juga datang ke rumahnya. Ibunya mengingatkan Talia bahwa pemuda itu Kiblat, sahabat masa kecilnya dari sebuah pesantren di Kediri. Ayahnya, Pak Umar dan ayah Talia bersahabat. Ia datang memenuhi wasiat ayah Talia agar bersedia mengajari Talia mengaji.

Talia kalang kabut. Ia tak suka ide tersebut. Tapi kemudian program acaranya diturunkan karena gugatan. Ia kemudian dipindah menjadi produser acara kuliah Subuh. Ketika pusing memikirkan konsep acara agar lebih menarik, Mlenuk (Adinda Thomas), anak buahnya, memberinya usul agar mengajak Kiblat sebagai ustad pengisi acara.

Pertemuan Kembali Deva dan Acha
Ini kali kedua aku menonton film yang memertemukan Acha dan Deva sebagai pasangan. Mereka dipasangkan kali pertama di “Bangkit”, alhasil di film ini chemistry mereka terlihat. Interaksi mereka sebagai dua sosok yang berseberangan ide, bertengkar, dan kadang-kadang nampak grogi nyaman dinikmati.

Adanya tambahan tokoh antagonis dan perempuan yang ditengarai pihak ketiga, hal-hal yang umum dalam film komedi romantis untuk memberikan bumbu konflik dalam cerita yang diperankan apik oleh Susan Sameh dan Chicki Fawzi. Kehadiran Ira Wibowo dan Donny Damara sebagai ibu Talia dan ayah Kiblat juga menyemarakkan cerita.

Ceritanya memang ringan dan penutupnya bisa mudah ditebak. Tapi jalinan ceritanya dengan unsur 99 asma Allah inilah yang membuat berbeda. Dalam tiap episodenya, Kiblat menjelaskan satu-persatu nama Allah dan dikaitkan dengan penerapan kehidupan sehari-hari.

Kehidupan di pesantren juga dikulik, dari sisi yang modern dan juga dari sisi komedi. Juga ditampilkan adegan sepak bola api yang dimainkan para santri.

Ini kali kedua Garin bermain-main dengan tema romansa yang ringan yang kusaksikan, setelah “Aach… Aku Jatuh Cinta”. Dari segi cerita aku lebih suka film ini, tapi dari segi kostum, sinematografi, dan kostum “Aach…Aku Jatuh Cinta” lebih sinematik dan memanjakan mata.

Hanya yang jadi ganjalanku dalam film ini perjalanan darat Jakarta ke Kediri terasa mudah dan cepat. Jika menggunakan kereta eksekutif biasanya berangkat sore hari dan tiba pagi hari. Apabila menggunakan perjalanan darat dengan tol TransJawa berkisar paling cepat 10 jam. Tapi sebelum tol tersambung, maka bisa jauh lebih lama, apalagi jika naik bus.

99 nama cinta

Omong-omong “Kenapa hanya 99 nama Allah?” – Talia

Skor: 7.3/10

Gambar: idbookmyshow, liputan6

~ oleh dewipuspasari pada September 19, 2020.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

 
%d blogger menyukai ini: