Serial ‘Emily in Paris’ yang Ringan
Malam hari selepas bekerja enaknya menyaksikan film yang ringan dan mudah dicerna. Salah satunya adalah film serial berjudul ‘Emily in Paris’. Dibintangi oleh si cantik Lily Collins, film ini membuatmu ingin menikmati sore hari di Paris sambil makan croissant duduk-duduk minum kopi.
Tokoh utama film ini adalah gadis cantik pekerja keras dan ambisius bernama Emily. Ia menggantikan atasannya untuk bekerja di Paris selama setahun karena bosnya sedang hamil.
Emily sangat antusias meski pacarnya, Dough nampak ragu. Ia dengan hanya bermodal kemampuan bahasa Prancis apa adanya pun menuju negara tersebut sebagai pemberi saran untuk pemasaran di media sosial (media social specialist).
Malang nian bagi Emily. Apartemennya termasuk apartemen lama yang tak menggunakan lift sementara ia harus menyeret kopernya yang berat ke lantai lima. Rupanya kamarnya juga sempit. Tapi hal yang menyenangkan pemandangan dari jendela apartemennya menakjubkan.
Di kantor barunya ia tak mendapat sambutan seperti yang dibayangkannya. Atasan dan rekan-rekan kerjanya menjauhinya karena ia tak bisa berbahasa Prancis dan memilih menggunakan aplikasi penerjemah. Kebiasaan dan budaya bekerja di Paris juga ternyata tak sama dengan yang biasa dilakoninya.
Emily kemudian merasa sedih. Tapi ia tak sehari dua hari di Paris, masih ada 364 hari ke depan.
Tentang Sudut Pandang Amerika
Film ini mengundang kontroversi. Warga Prancis bereaksi. Beberapa yang vokal menyampaikan pendapatnya bahwa film ini rasis dan tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya. Prancis jadi terkesan sebagai negara yang tak ramah.
Tapi kemudian hal tersebut disanggah bahwa film ini menggunakan sudut pandang Amerika. Sehingga memang bisa jadi kesan antara warga setempat dan pendatang bisa jadi berbeda.
Di sini memang terlihat raut wajah yang kurang simpatik terhadap orang baru yang tak menggunakan bahasa Prancis. Harapannya orang baru lebih bersifat menghargai dengan belajar bahasa terlebih dahulu, terutama bahasa percakapan yang mendasar.
Selain itu juga terlihat budaya bekerja, kantor tempat Emily bekerja baru buka pukul 10.30 waktu setempat. Sementara jam selesai bekerja juga nampaknya masih sore. Dalam dialog antara Emily dan rekan kerja barunya, cara pandang bekerja antara Amerika dan Prancis berbeda, mereka bekerja untuk hidup, bukan hidup untuk bekerja.
Cerita perbenturan budaya ini menarik. Demikian pula dengan kostum-kostum modis yang dikenakan para pemainnya dan panorama sudut-sudut Paris serta performa dari Lily. Oh iya Lily ini telah banyak membintangi film. Film favoritku yang dibintanginya adalah “Love, Rosie”.
Tapi konflik pekerjaan dan kemudian cerita cinta Emily lama-lama terasa datar. Ya begitu-begitu saja, jenis serial yang agak mudah dilupakan. Film yang rilis di Netflix ini ada 10 episode untuk musim pertamanya. Musim keduanya dengar-dengar juga dipersiapkan.
Gambar:popsugar, people, dan netflix
Kakk ini bagus bangeeet aku setujuww hahaha fresh banget dan lihat Emily berasa positive vibesss banget
iya ya dia digituin dicuekkin sebagai orang baru di awal tetap tegar
Lily Collins jadi inget aktris favoritnya V BTS mbak Dew hahaha
wah memang cantik dianya
Filmnya memang nggak gambarin kelakuan org Paris secara adil banyakan main di klise dan hiperbola..tapi lumayan menghiburlah. Kpn2 pengin bikin review juga.
Sementara anggap saja spt nonton Sex and The City. Nggak benar2 gambarin New York juga lebih bnyk di klise glamor dan skandal2..😅
Opini org Prancis ttg org Amerika disana..mrk itu banyakan marketing doang..nggak honest apa adanya
Yup hanya menggambarkan satu sisi dari sisi Amerika dan mungkin tidak semua mengalami seperti yang dirasakan Emily. Bisa saja karena Emily bekerja sebagai social media strategist dan mereka belum siap dengan model pemasaran seperti itu.