Lagi (Lagi) Si Kucing Liar
Lima hari lalu aku mendengar suara meongan. Suara kucing liar. Ia seperti ada di halamanku. Kuperiksa. Tidak ada. Tapi aku yakin mendengarnya. Ia seperti terancam. Lalu aku mendengar meongan kucing yang dikejar dan ketakutan. Aku melihat ada ekor kucing di pipa air, tempat air hujan ke luar.
Beberapa saat kemudian aku tak melihat lagi ekor si kucing. Mungkin ia sudah pergi. Tapi ketika mendengar meongan lagi dan gerimis mulai hadir aku pun merasa diingatkan lagi. Segera kupanjat dinding. Di situ si anak kucing ketakutan meringkuk di pipa air.
Was-was atas keselamatannya, aku pun mengambil kardus dan ikan. Hup si anak kucing tertarik akan ikan dan mau melompat. Ia pun aman dan hangat di dalam rumah.
Kuperhatikan dia. Anak kucing itu mungkin baru usia sebulanan. Ia nampak kotor dan sungguh kurus, menonjol tulang-tulangnya.
Oh kucing kecil kami masih begitu kecil hidup keras di jalanan. Melihat suaranya dan keberaniannya kuperkirakan ia sudah cukup lama tinggal di jalanan.
Sekilas warnanya mirip dengan Kidut, putih dengan aksen cokelat dan hitam. Ia nampak manis jika bersih.
Baru seharian di dalam rumah ia nampak betah dan tak sungkan. Ia masuk-masuk ke dalam bagian rumah lainnya. Ia juga suka dielus-elus dan dimanja.
Ia tak takut denganku. Bahkan ia kemudian duduk di pangkuanku. Wah ia sungguh kucing kecil yang tak penakut.
Sayangnya kehadirannya membuat kucing lainnya terancam. Si Coki dan si Mungil suka mengancamnya jika ia berada di dekatnya. Kasihan. Si Kidut dan si Cipung menghindarinya. Ia kadang-kadang sendiri, sembunyi di pojokan jika ada banyak kucing. Sungguh kasihan melihatnya seperti itu.
Demi keselamatannya tiap malam akhirnya ia kukurung di dalam kandang. Selain itu ia bebas bermain di luar. Ia suka sekali menyelinap ke kamar dan bermanja ria.
Kini si anak kucing mulai bersihan.
Bayi kucing selalu menggemaskan!!
Aku lebih suka usia 2-3 bulan. Nakal-nakalnya hahaha.