“Extraction” Kaya Aksi Tapi Kurang Memberikan Impresi
Sekarang makin banyak film bagus dengan kualitas yang setara atau hampir setara dengan film bioskop ditayangkan khusus di platform streaming. Ya ini mungkin ini salah satunya dampak pandemi, atau mungkin karena platform streaming sekarang dianggap cukup bergengsi dan bisa menjangkau banyak kalangan. Salah satu film yang lumayan adalah “Extraction”.
Film ini diputar di Netflix sejak akhir April lalu. Aku sudah menontonnya bulan-bulan tersebut, tapi ternyata belum juga kubuat ulasannya.
Oke ini dia ulasannya.
“Extraction” berkisah tentang pembebasan korban penculikan yang bukan orang biasa. Latarnya adalah perang antar bandar narkoba dari keluarga India dan Bangladesh dengan melibatkan serdadu bayaran.
Ovi Mahajan adalah anak bandar narkoba di India. Ayahnya masuk penjara. Suatu ketika ia diculik dan dimintai tebusan dengan nilai tinggi. Ayahnya meminta body guard-nya, Saju, untuk membebaskan anaknya.
Rupanya juga ada tim untuk membebaskan Ovi dari kumpulan serdadu bayaran. Salah satunya adalah Tyler Rake. Ketika Tyler berhasil membebaskan Ovi, konflik semakin rumit dengan pihak penculik yang tak ingin korbannya lari, juga adanya pihak-pihak lainnya yang ingin mengambil kesempatan.
Film ini penuh dengan aksi dan bumbu intrik. “Exctraction” dibesut oleh Sam Hargrave dan diproduseri dua di antaranya adalah Joe dan Anthony Russo yang merupakan sutradara “Avengers: Endgame”. Tyler sendiri diperankan salah satu pemeran jagoan Marvel, yaitu Chris Hemsworth.
Menurutku filmnya biasa saja, ceritanya relatif mudah dijumpai di film Hollywood, hanya latar ceritanya saja yang pindah yaitu ke India dan Bangladesh.
Jika ditonton di bioskop dengan sound system yang menggelegar dan layar yang besar memang bakal seru karena film ini banyak menampilkan aksi bela diri, tembak-tembakan, dan ledakan. Hancur-hancuran deh. Tapi karena nontonnya di layar laptop jadinya ya biasa saja.
Film ini juga memiliki sisi menarik dari panorama bentang alam dan bentang kota India dan Bangladesh dengan pewarnaan yang mengarah ke kuning kejinggaan.
Grading dan filter warna ini menurutku mampu membuat suasana drama pembebasan korban penculikan jadi lebih dramatis dan sentimentil. Warna ini juga termasuk warna yang hangat, seperti menunjukkan sisi emosional dan humanis dari seorang serdadu bayaran seperti Tyler.
Aksi Chris sebagai Tyler patut diapresiasi. Ada adegan yang menampilkan aksi bela dirinya secara simultan. Tapi sosok Tyler ini belum sefenomental seperti John Wick, Rambo, ataupun John McClane di “Die Hard”.
Jika melihat penutupnya sepertinya membuka peluang akan ada kelanjutannya. Bukan jenis film yang wah, tapi lumayanlah sebagai hiburan belaka.
Skor: 6,5/10
Gambar: Netflix