Dance With Cats

Sebuah undangan muncul dari balik pintu. Sebuah undangan pesta merayakan terang bulan. Dari Samsudin, seekor kucing putih betina. Ia mengajak Cindil, Mungil dan ketiga anaknya, juga Nero untuk tiba. Eh ada namaku juga dalam undangan. Aku diundang.

Aku pernah datang ke pesta kucing. Dulu. Lama sekali. Waktu itu Bonbon yang mengadakan pesta. Juga pesta saat bulan purnama. Kami bernyanyi, menyantap taiyaki, lalu menari dengan bergandengan tangan membentuk lingkaran.

Oh aku dulu menyangka itu hanya mimpi. Tapi kini ada undangan lagi. Bukti itu sesuatu yang riil.

Aku memberitahu Cindil dkk tentang undangan tersebut. Mereka suka pesta tapi tak suka kepada Samsudin, terutama Cindil. Kucing itu mirip dengannya dan suka meniru gaya dirinya. Si Mungil juga tak suka, empat kucing lainnya tak masalah.

Aku membujuk Mungil dan Cindil untuk ikut ke pesta. Keduanya pun mengangguk sambil merengut. Mereka ingin makan enak tapi malas untuk menyapa Samsudin.

Pesta terang bulan. Pestanya para kucing.

Aku melihatnya. Puluhan kucing sudah tiba di sana. Aku mengenalinya beberapa karena mereka suka main di halamanku.

Rasanya manusia hanya ada aku. Dan seperti dulu, tubuhku menyusut seukurab kucing. Kupingku berubah dan aku jadi punya kumis serta ekor. Hahaha ekorku bundel. Lucu.

Samsudin menyambut tamu. Mungil dan Cindil menghindar dan langsung menyantap taiyaki dan minum susu. Aku menyapanya. Samsudin nampak manis, bulunya rapi dan bersinar. Wajahnya bersih dan ada mahkota bunga menghiasi kepalanya. Ia gadis pesta.

Aku ragu menyeruput susu. Ini susu apa ya? Akhirnya aku hanya minum air embun yang segar dengan madu bunga. Taiyakinya dibuat sendiri dari tepung bunga matahari dan ubi dengan isian ikan tuna. Enak juga.

Waktunya tiba. Kami akan menari diiringi lagu kucing yang aneh. Suara yang serak dan sember dari Nero menjadi iringan tarian. Kami bergandengan tangan, lalu menari berkeliling membentuk lingkaran. Di kiriku Samsudin dan di kanan adalah Nero. Si Nero bernyanyi sambil menari dengan mikropon.

Lalu aku mengantuk dahsyat. Aku mengajak Nero dkk untuk pulang.

Aku tak tahu bagaimana kami pulang. Aku tak ingat. Rasanya badanku pegal kelamaan menari. Tapi aku was-was ini hanya mimpi.

Di saku celanaku aku menemukan sesuatu. Sebuah suvenir dari kerang. Ada tulisan yang rapi, pesta perayaan bulan purnama dengan nama Samsudin. Aku tersenyum puas.

Gambar milik Ghibli

~ oleh dewipuspasari pada Mei 21, 2021.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

 
%d blogger menyukai ini: