Harga Buku Mahal? Pinjam Saja Atau Tunggu Diskonan

Buku dinotopia
Beberapa hari ini ramai tentang pembahasan tentang pembajakan buku. Dipicu oleh cuitan Tere Liye yang kesal karena banyak dijual buku bajakan di marketplace. Harga buku mahal itu fakta tapi bukan berarti pembajakan buku itu diperbolehkan. Bagaimana bila solusinya sewa buku atau langganan e-book saja, apabila harga buku susah untuk diturunkan?

Harga buku memang mahal. Aku juga mengakuinya. Meski sudah punya gaji sendiri rasanya berat untuk membeli buku. Buku-buku novel berkisar Rp 50 ribuan ke atas. Komik saja rata-rata hampir Rp 30 ribu perbuahnya.

Bila sedang ke toko buku aku tak seantusias waktu dulu aku masih sekolah. Paling-paling aku hanya membeli dua tiga buah buku Itupun dengan seleksi ketat. Hanya buku yang kuinginkan yang kubeli. Aku tak berani bereksperimen membeli buku-buku penulis baru atau yang temanya tidak familiar, kecuali ia ada di rak diskon.

Rasanya aneh, dulu ketika aku masih SD dan SMP, aku merasa harga buku biasa saja. Aku masih bisa membelinya dengan menyisihkan uang saku selama dua minggu hingga sebulan.

Aku pernah merasai harga buku rata-rata masih di bawah sepuluh ribu. Komik pun masih Rp3 ribuan. Waktu itu harga mie instan seingatku masih Rp300,-. Jadi apabila harga mie instan sekarang rata-rata Rp3 ribu sebenarnya wajar bila harga komik juga Rp30 ribuan.

Buku
Tapi kenapa rasanya harga buku saat ini mahal? Entahlah. Mungkin karena ada banyak faktor. Buku bukanlah kebutuhan prioritas, daya beli masyarakat menurun, dan harga serta tarif kebutuhan primer makin meningkat.

Namun tetap saja beli buku bajakan bukan solusinya. Sebab, pembelian buku bajakan itu tidak bermuara ke penulis, staf redaksi dan penerbitan buku, dan juga tidak ada unsur pembayaran pajak ke negara. Yang diuntungkan hanya si pembajaknya.

Aku sendiri pernah tak sengaja membeli buku bajakan. Waktu itu aku membelinya di jembatan Semanggi. Sudah lama sih. Ia ada di lapak penjual buku dan majalah bekas. Kupikir buku itu bekas karena bersanding dengan majalah-majalah bekas. Aku tak bisa melihat isinya karena tertutup kemasan plastik.

Aku membeli dua buku dan beberapa majalah bekas. Ketika membuka isinya baru aku merasa aneh kok kertasnya begitu jelek dan ada halaman yang terbolak-balik. Waktu itu aku juga tak tahu kalau buku pun ada bajakannya. Rupanya itulah buku bajakan dan ternyata sekarang masih eksis.

Aku percaya bisa jadi ada yang tak tahu itu buku bajakan dan mengiranya buku bekas karena bisa jadi deskripsinya kurang jelas. Seandainya mereka sudah tahu itu buku bajakan, mending dihindadi karena banyak pihak yang dirugikan. Laporkan saja tokonya. Lebih baik beli buku bekas atau nunggu event obral buku daripada beli buku bajakan.

Koleksi buku
Dulu ketika masih tinggal di sekitaran Cempaka Putih, aku suka berbelanja buku di Kwitang dan Terminal Pasar Senen. Di sana ada buku bekas dan buku baru dengan harga miring. Lumayan sih beda harganya, bisa berkisar 15-20 persen dari harga jual di toko buku.

Ketika Kwitang digusur, aku pindah belanja di Terminal Pasar Senen dan Pasar Festival. Di Terminal Pasar Senen harus ekstra hati-hati karena rawan copet. Sedangkan di Pasar Festival, rata-rata buku bekas dan harganya lebih mahal, tapi banyak buku menarik di sini kala itu.

Aku banyak menemukan harta karun di Terminal Pasar Senen dan Pasar Festival. Sama dengan yang kurasakan ketika mengeksplorasi buku di jalan Majapahit Malang dan jalan Semarang di Surabaya.

Tapi entah bagaimana sekarang kondisi lapak-lapak penjual buku di sana. Pemerintah daerah sepertinya tak pernah serius menjadikan kawasan lapak buku bekas sebagai tempat yang perlu dilestarikan. Di Malang nasib penjual lapak buku sama seperti di Kwitang. Mereka digusur. Tempat baru mereka berjualan tak strategis dan tak pernah dipromosikan.

Padahal di beberapa negara manca, kawasan lapak buku bekas jadi salah satu spot wisata. Perpustakaan menajdi tempat yang menarik untuk singgah dan membaca.

Ya, aku merasa pemerintah hingga saat ini kurang serius terhadap dunia perbukuan. Tak heran bila minat membaca generasi muda makin menurun dan Indonesia disebut-sebut sebagai negara yang masyarakatnya yang literasi dan budaya membacanya rendah.

Buku
Coba pajak buku dikurangi sehingga harga buku lebih murah, maka ini bisa membantu, serta keberadaan perpustakaan digital makin didukung. Tapi ah sudahlah.

Manfaatkan Promo Buku dan Aplikasi Baca Buku
Ada banyak event bursa buku. Tandailah agar bisa mendapatkan harga buku dengan harga terjangkau. Biasanya promo buku besar-besaran diadakan pada peringatan hari buku sekitar bulan Mei, liburan sekolah pada bulan Juli, dan juga pada bulan November.

Pada event offline sebelum pandemi biasanya ada acara besar seperti Indonesian Book Fair, Gramedia Book Fair, dan Islamic Book Fair, juga Big Bad Wolves. Dua tahun ini kegiatan ini diadakan online hanya beberapa di antaranya kurang bergaung karena kurang promosi.

Ipusnas



Dua tahun ini aku menambah koleksi buku lewat ajang obral buku ini. Lumayan buku-buku baru dengan harga miring. Ada yang harganya jadi hanya 10 persen dari harga normal. Terakhir aku belanja 20-an buku baru dengan harga diskon 50-90 persen. Ikutilah medsos penerbit dan toko buku seperti Gramedia, Erlangga, Mizan, BukuKita, dan sebagainya untuk mendapatkan informasi promo buku.

Apabila kalian hanya punya bujet yang terbatas untuk beli buku maka kalian bisa gunakan aplikasi baca buku digital baik yang gratisan maupun yang berbayar. Untuk versi gratisan bisa baca tulisan-tulisan di Wattpad, Storial, Webtoon, atau yang koleksinya lumayan lengkap dan banyak buku populer adalah iJak dan iPusnas.

Gramedia digital
Yang sekarang kugunakan adalah iPusnas. IJak dan iPusnas tampilan dan aplikasinya sebenarnya mirip-mirip, hanya sekarang aplikasi iJak suka bermasalah dan koleksinya tak kunjung bertambah. Sementara iPusnas, jumlah buku untuk satu judulnya lebih banyak. Aku membaca buku-buku seperti “Madre”-nya Dewi Lestari dan buku-buku tentang khazanah perfilman Indonesia di aplikasi ini.

Jika ada bujet terbatas, juga bisa lho berlangganan di Gramedia Digital secara bulanan. Ada pilihan langganan khusus novel atau semuanya, termasuk majalah dan koran. Kucek tarifnya berkisar Rp 50-100 ribu perbulannya. Bila bujetnya lebih gede juga bisa belanja dan baca buku di Amazon Kindle. Hanya aku tidak tahu apakah untuk langganan Amazon Unlimited sudah berlaku untuk mereka yang tinggal di Indonesia.

Nah bagi yang tak punya bujet banyak untuk beli buku jangan merasa sedih dan minder. Daftar saja sebagai pengguna di perpustakaan nasional (iPusnas), gunakan aplikasi baca buku berbayar, atau tunggu saja event promo buku besar-besaran. Asal, hindari beli buku bajakan. Artikel dicopas saja sedihnya bukan main, apalagi jika karya buku dibajak.

buku kucing

Gambar:dokpri, Gramedia Digital, dan iPusnas

~ oleh dewipuspasari pada Mei 27, 2021.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

 
%d blogger menyukai ini: