Teknologi dan Peluang Mengembangkan Karier
Aku setuju bila teknologi disebut meningkatkan karier dan membuka peluang-peluang baru. Selama work from home ada banyak peluang dan kesempatan meningkatkan kemampuan diri yang aku dapatkan hanya berbekal gawai berakses internet.
Selama 1,5 tahun pandemi otomatis pekerjaan kantoran dilakukan dengan work from home. Secara umum beban kerjanya masih sama, kami masih sering melakukan rapat daring dengan menggunakan Zoom atau Google Meet, juga melakukan analisa ini dan itu.
Kini makin banyak pekerjaan menganalisa dan merancang perangkat lunak yang kami lakukan. Biasanya pekerjaan kami lebih banyak dengan menyusun cetak biru TI dan mengevaluasi performa sebuah institusi dengan best practice.
Pekerjaan ini memerlukan koordinasi yang erat dengan pihak klien maupun dari tim yang akan mengesekusinya menjadi baris-baris program. Ada kalanya kami harus membuat use case diagram, diagram ini itu, dan mock up.
Sebenarnya aku tak pandai membuat mock up. Tapi untunglah biasanya mock up sederhana cukup untuk menggambarkan fungsi yang ada dalam aplikasi. Kegiatan membuat mock up ini juga membuatku bisa mempraktikan ilmu-ilmu sewaktu kuliah, seperti ilmu interaksi manusia dan komputer juga UI/UX.
Bagiku lingkup pekerjaan yang makin meluas ini tantangan tersendiri. Apalagi jika waktu pengerjaannya singkat. Aku seperti terpacu untuk bisa membagi waktu dengan baik. Jangan sampai sering-sering begadang melakukannya.
Di luar pekerjaan kantoran, aku juga masih melanjutkan pendidikan. Ada penelitian ini dan itu yang berada di tahap krusial. Lagi-lagi aku diingatkan untuk membagi waktu dan melakukan prioritasi.
Selain dua kegiatan utama tersebut, ada beberapa hal lainnya yang kudapatkan sebagai peluang. Ini berkaitan dengan hobiku menulis dan berkomunitas.

Semoga aku masih bisa konsisten membuat majalah film bulanan ini (dokpri)
Awalnya kegiatanku hanya berkaitan dengan mengelola kegiatan komunitas, mengadakan event berkaitan dengan film seperti nobar virtual dan diskusi film, kuis-kuis, dan lomba blog berkaitan dengan film.
Namun semakin ke sini, aku mengusulkan untuk membuat majalah dan buku berkaitan dengan film. Hingga kini sudah ada 20-an edisi majalah film yang kami hasilkan. Juga ada proyek beberapa buku berkaitan dengan film.
Lagi-lagi aku juga tak pandai melakukan lay out majalah. Dulu sewaktu mengurus majalah internal perusahaan, aku lebih banyak di bagian editing-nya. Ketika kemudian juga menjadi lay outer karena rekan sudah pensiun, aku masih banyak mengandalkan template yang sudah diberikan oleh rekan.
Kini aku melakukan dari nol untuk membuat majalah film yang kami beri nama Ko-Magz. Ya, aku banyak melakukan uji coba template mana yang lebih baik dan lebih mudah, kumodifikasi, dan sebagainya sehingga kemudian menjadi template majalah yang seperti saat ini.
Dari sisi pribadi peluang kerja yang kudapat selama pandemi juga masih banyak. Ada pekerjaan membuat tulisan blog alias artikel endorse, membuat infografik untuk ditampilkan di instagram, dan juga membuat buku solo yang bisa kujual. Selama pandemi ada dua buku solo yang kuhasilkan, menyusul berikutnya.
Karena adanya proyek membuat buku ini maka akupun juga belajar menata halaman buku dan juga membuat cover buku. Ilustrasinya kebanyakan dibuat oleh keponakanku yang pandai menggambar.

Ilustrasinya banyak dibuat keponakanku (dokpri)
Lantas puaskah aku dengan kondisi saat ini?
Hemm sebenarnya belum. Gawai yang kugunakan baik laptop maupun ponsel saat ini masih seadanya. Laptop saat ini adalah pinjaman dari kantor yang kameranya kurang bagus. Alhasil aku kadang-kadang tidak pede bila harus menghidupkan kamera saat rapat karena tampilannya cenderung gelap.
Selain itu spesifikasi gawai juga standar. Dari sisi kapasitas, dokumen tumbuh begitu cepat dan menyedot banyak ruang karena kami menggunakan Seafile yang tersimpan di drive kami. RAM-nya juga standar. Sehingga bila aku sedang membuka aplikasi meeting dengan aplikasi seperti Visio, aplikasi mock up, dan dokumen, maka loading-nya pun lama.
Pekerjaan membuat majalah yang membuatku paling sabar. Karena banyak menggunakan gambar dan grafis maka otomatis aplikasinya juga kadang-kadang melambat karena spesifikasi laptop yang juga standar. Akhirnya aku pun membuang aplikasi seperti Adobe Photoshop dan teman-temannya karena laptopku tak sanggup.
Peluang untuk membuat dan mengedit video juga belum kulakukan. Laptopku belum mampu hehehe.
Ada kalanya terpikir untuk membeli laptop mobile workstation. Bedanya apa dengan laptop biasa?
Laptop mobile workstation ini cocok bagi mereka yang banyak berurusan dengan grafis. Laptop desain terbaik ini punya spesifikasi yang mirip dengan workstation tapi dalam rupa laptop.
Umumnya laptop mobile workstation punya spesifikasi yang canggih. Ia dibekali dengan CPU yang bekerja dengan cepat dan GPU untuk mendukung melakukan pekerjaan grafis yang mumpuni.
Storage dan memorinya pun besar. Sehingga tak pusing bila harus sering melakukan editing berhubungan dengan grafis seperti mengedit cover atau mengedit video. Aku juga bisa lebih pede dengan urusan pekerjaan kantoran.

Aku ingin bikin animasi kucing (dokpri)
Ada satu mimpi juga belum kesampaian, membuat animasi kucing. Inginnya kolaborasi dengan keponakanku.
Duh kulihat harganya masih lumayan. Inginnya beli laptop seperti itu plus scanner HP sehingga pekerjaan berhubungan dengan buku dan grafis lainnya makin oke. Kumasukkan ke wishlist dulu deh, siapa tahu kesampaian.
Gambar cover dari pixabay