Tentang Finch, “What It Is to Burn”, dan Lagu-lagu Apik Lainnya

band finch
Ketika mendengar akan ada festival musik EMO terbesar dihelat tahun ini, yakni When We Were Young, aku sangat antusias. Apalagi ada nama Bring Me The Horizon, Paramore, The Used, Dashboard Confessional, Saosin, dan My Chemical Romance. Namun kenapa tidak ada nama Finch? Apakah aku membacanya kurang teliti?

Band bernama Finch yang berasal dari Temecula, California ini juga awalnya mengusung genre emo, meski kemudian musik mereka berkembang. Band ini awalnya terdiri dari Nate Barcalow (vokalis), Randy Strohmeyer (lead guitar), Alex Linares (rhythm guitar), Dedek Doherty (bas), dan Alex Pappas (drum).

Band ini agak underrated, padahal lagu-lagu mereka bagus. Salah satu lagu mereka yang paling sering kudengar hingga saat ini adalah “What It Is to Burn”. Belakangan ini selama kurang lebih hampir satu bulan, aku tak bisa berhenti mendengarnya. Aku ketagihan lagu ini.

Lagu ini memiliki lirik yang dalam dan komposisi musik yang apik. Suara Nate juga bagus. Ia juga melakukan scream. Liriknya sendiri bisa diwarnai beragam. Bagian paling kusukai adalah bagian liriknya berikut

I feel diseased
Is there no sympathy from the sun?
The sky’s still fire
But I am safe in here from the world outside

So tell me
What’s the price to pay for glory?

dan bagian reff-nya
Like a bad star, I’m falling faster down to her
She’s the only one who knows what it is to burn

Bagian Nate melakukan scream itu epik.  Lagu ini memang lagu Finch paling sukses dan paling bagus. Ada beberapa versi lagu ini dan semuanya itu keren dan memiliki nuansa yang satu sama lain berbeda.

band finch

Kuhitung ada lima versi lagu ini. Yakni versi perdana yang dirilis tahun 2002, lalu versi remastered, versi video klip, versi akustik, dan versi solo Nate yang dibawakan saat pandemi.

Dalam versi perdananya, vokal dan scream Nate nampak agak mentah. Namun aku paling suka versi ini. Intronya itu lebih panjang dan berkesan. Bagian riff gitarnya juga asyik, demikian juga dengan line bas-nya. Versi ini juga memiliki emosi yang lebih kental dan lebih dalam dengan gaya bernyanyi Nate yang menurutku paling menjiwai, nampak sedih dan kecewa. Versi ini paling sempurna.

Sedangkan dalam versi remastered, durasinya sedikit lebih panjang. Intronya dipersingkat. Lalu seperti ada efek tertentu sehingga vokal Nate lebih jelas dan bertenaga, demikian juga saat scream. Juga ada harmonisasi vokal di akhir, sehingga bagian ini lebih bagus di bagian akhir dibandingkan versi perdananya.

Pada versi yang memiliki video klip yang dirilis tahun 2009, kualitas vokal Nate nampak lebih matang. Bagian scream-nya di akhir dikurangi, namun teknik scream-nya juga nampak ada perkembangan. Bagian terbaik dari versi ini adalah harmonisasi vokal antara anggota band menjelang lagu berakhir yang manis.

Versi akustik ini dibawakan minimalis, hanya dengan dua gitar dan drum akustik. Vokal Nate jauh lebih terdengar jelas. Memang bagus suaranya.

Tak ada scream, bagian lagu ini terasa lebih sederhana. Namun aku juga menyukai versi ini. Nampak apa adanya, nuansanya tidak begitu kecewa, nampak pasrah dan menerima kondisi ini.

Riff gitarnya juga berbeda, demikian juga dengan nada bernyanyi Nate di beberapa bagian. Versi ini juga kusuka. Bait terakhir lagu ini terasa menyentuh.

Versi terakhir adalah edisi pandemi alias edisi karantina. Ini dibuat Nate setahun lalu. Fisiknya nampak jauh berubah dibandingkan saat video klipnya rilis. Ia nampak bernyanyi dan bermain gitar sendirian. Bagian intro, riff, dan outronya banyak berbeda, demikian juga dengan nada bernyanyinya. Meski bukan favoritku versi ini tetap enak didengar.

Ada Lagu-lagu Bagus Lainnya
Finch tidak hanya punya tembang “What It Is to Burn”, mereka punya tiga album di mana tiap album juga punya lagu yang oke. Tiga album itu adalah “What It Is to Burn”, “Say Hello to Sunshine”, dan “Back to Oblivion”.
Lagu-lagu yang bagus di antaranya “Ender”, “Anywhere but Here”, “Play Dead”, “Insomniac Meat”, “Fireflies”, “GAK 2”, “Back to Oblivion”, “Two Guna to The Temple”. Di antara Lagu-lagu ini yang paling kusuka adalah “Play Dead”. Lagu ini memiliki intro dan nada yang haunting.

Oh iya selepas Finch bubar, Nate juga sempat bergabung dengan beberapa band. Salah satunya Private Lives. Lagu-lagu di band ini punya genre yang berbeda, dengan unsur 80an dan musik futuristik. Unik.

Lagu-lagu dari Private Lives yang asyik ada “Man of Faith”, “Gravity Drive”, dan “Moon Machines”. Lagu-lagu ini membuat melamun seakan-akan menjelajah antariksa.

Gambar dari mindequalsblown dan lastfm

Iklan

~ oleh dewipuspasari pada Februari 27, 2022.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

 
%d blogger menyukai ini: