Analisa Sederhana “KKN di Desa Penari” Laris Manis
Film “KKN di Desa Penari” berhasil memikat para penikmat film Indonesia. Saat ini filmnya berada di kisaran 5,7 juta penonton dan bersiap-siap menembus angka 6 juta penonton. Bisa jadi filmnya akan menjadi film ketiga terlaris di belakang “Dilan 1990” atau malah merebut posisinya.
Tertunda lebih dari dua tahun membuat sebagian netizen merasa film ini bakal gagal menarik minat masyarakat untuk nonton filmnya di bioskop. Hype atau euforia nya sudah jauh berkurang, demikian salah satu alasannya. Namun sepertinya cerita viral ini masih menjadi magnet. Terbukti banyak yang berharap mendapatkan tiket gala premiere-nya. Tiket pemutaran awal pada 28 April juga diserbu dan ludes.
Menurutku ada sejumlah faktor yang membuat film ini menjadi laris-manis pada masa libur lebaran ini. Bahkan film ini sampai sekarang masih kukuh bertahan mengalahkan film Marvel, “Doctor Strange 2”. Sebuah prestasi tersendiri di mana film lokal berhasil bertanding dengan film asing yang banyak dinanti, bahkan mengalahkannya.
Yang pertama adalah momen libur lebaran di mana pandemi perlahan-lahan berubah menjadi endemi. Sebagian besar masyarakat telah mendapatkan vaksin satu dan dua. Tak sedikit yang juga telah mendapatkan booster. Laju penderita Covid-19 juga mulai menurun.
Momen libur lebaran kali ini sungguh meriah. Mungkin karena masyarakat sudah menahan-nahan dua kali tak bisa merayakan lebaran. Apalagi saat ini liburnya cukup panjang. Hingga saat ini masih bisa dikatakan sebagai momen libur lebaran.
Pada tahun-tahun sebelum pandemi, ada kebiasaan masyarakat untuk liburan di bioskop. Dulu aku merasainya ketika masih kecil di mana paman bibi mengajak para keponakannya menonton bioskop pada hari kedua atau ketiga lebaran. Tak penting filmnya saat itu, kami senang sekali berdesakan di lobi lalu masuk ke dalam studio bioskop yang gelap dan kemudian menyaksikan filmnya.
Kebiasaan berlibur di bioskop juga masih bertahan saat ini. Biasanya setelah bersilaturahmi maka hiburan selanjutnya adalah ke berlibur ke tempat wisata atau ke bioskop secara beramai-ramai. Ajak teman atau ajak saudara akan lebih menyenangkan.
Film “KKN di Desa Penari” banyak menjadi pilihan karena selain viral, juga berkat embel-embel diangkat dari kisah nyata. Adanya istilah ‘kisah nyata’ ini memang memberikan poin plus. Efeknya dahsyat. Apalagi jika kita bisa tebak-tebakan di mana lokasinya dan lain-lainnya. Alhasil cerita ini bisa jadi rumpian bersama teman, obrolan di warung kopi, dan lainnya. Anak-anak mahasiswa hingga ibu-ibu pasti juga suka membahas kisah ini, sebuah kisah nyata berkaitan dengan kejadian horor.
Ya, cerita yang diangkat dari kisah nyata ini dahsyat efeknya. Ceritanya jadi terasa dekat dengan keseharian dan nyata. Apalagi memang tak sedikit yang mengalami kejadian mistis pada saat menjalani KKN di desa-desa terpencil. Untunglah di kampusku dulu tak ada KKN melainkan magang 1-3 bulan di perusahaan hehehe.
Oke alasan kedua, horor di sini juga sering dijumpai. Horor yang ditandai dengan musik gamelan kemudian diculik atau masuk ke alam ghaib biasa kita dengar sehingga ceritanya jadi terasa dekat.
Dulu waktu SMA, aku juga merasai hal yang sama. Saat itu kami melakukan api unggun malam-malam di hutan yang ada di sebuah coban di Batu, Malang. Baru pukul 20.00-an tapi suasana terasa mencekam. Ada bunyi gamelan padahal tak ada upacara pernikahan di sekitar kami.
Kami pun kembali bergegas ke penginapan dengan diikuti beberapa rombongan dari ‘mereka’. Saat kami melewati kandang sapi, beberapa sapi melenguh keras. Kawan kami akhirnya beberapa ada yang tak tidur untuk menjaga agar di antara kami tak ada yang kerasukan.
Oleh karenanya aku dan mungkin penonton lainnya merasa cerita di “KKN di Desa Penari” itu tak mengada-ada. Alhasil ceritanya jadi terasa mencekam, meski di filmnya baru terasa seramnya di bagian akhir.
Selain cerita yang viral dan unsur mistis yang umum dijumpai, momen penayangan saat lebaran ini juga pas. Mereka yang sudah menonton kemudian bercerita ke sanak saudara dan kawan-kawan sehingga mereka tertarik. Alhasil cerita dari mulut ke mulut tentang film ini makin membuat masyarakat penasaran.
Jika melihat antusiasme penonton di berbagai daerah kalian akan takjub dan ikut senang. Ada yang sampai antri pakai sandal, helm, dan ramai-ramai nonton dengan menyewa mobil bak terbuka. Hahaha seru.
Di bioskop dekat rumah juga penuh. Ini pemandangan yang menyenangkan setelah cukup lama bioskop terasa sepi. Memang tak sedikit yang masih bingung dengan cara memesan tiket secara daring, sehingga antrian di loket tetap panjang. Tak sedikit juga yang bingung mencari tempat duduk.
Bahkan antrian cukup panjang di pintu masuk bioskop. Rupanya masih banyak yang tak tahu kalau penonton harus scan barcode Peduli Lindungi sebelum masuk bioskop. Sementara untuk masuk mal tak jarang yang langsung masuk, hanya cek suhu.
Aku turut senang melihat bioskop dan mal yang kembali ramai. Selama 1 tahun lebih bioskop buka, tak jarang aku sedih melihat penonton hanya segelintir di bioskop pada hari kerja. Petugas pop corn yang berkeliling di studio juga sudah lama tak ada. Hanya ada satu penjaga karcis kadang-kadang petugas teknis dan kebersihan yang merangkap penjaga karcis.
Dengan momen lebaran ini, industri bioskop akan kembali tumbuh dan cerah. Film Indonesia juga akan kembali berjaya dan mendapatkan penontonnya.
Sampai saat ini ada tambahan waktu pertunjukan film “KKN di Desa Penari”. Ada yang dimulai pukul 10.30 WIB. Kucek untuk hari ini sebagian besar bioskop di Jakarta untuk show sekitar pukul 12.45 – 13.30 penuh. Ada yang sold out alias ludes seperti di bioskop XXI Cijantung. Oh iya jangan salah bioskop elit seperti Plaza Indonesia dan Plaza Senayan juga ikut memutar “KKN”.
Dan bukan sebuah hal yang berlebihan andaikata “KKN di Desa Penari” bisa merebut posisi juara film terlaris Indonesia. Apakah bisa? Kita tunggu saja. Bisa atau tidak merebut tahta posisi film terlaris, “KKN di Desa Penari” sudah berhasil membuat industri film dan bioskop Indonesia kembali bangkit.
Selamat!
Gambar dari IG KKN The Movie