Film-film Animasi Eksperimental dalam Annecy International Animation Film Festival
Saat mau daftar nonton Europe on Screen secara daring di Fetival Scope, perhatianku tertuju pada sebuah festival animasi. Wah bisa ditonton di Indonesia. Aku pun menyewa semua animasi yang tayang di Annecy International Animation Film Festival. Total ada 12 animasi pendek yang bisa disewa cuma-cuma. Aku telah menonton lima di antaranya dan terkejut.
Aku suka animasi. Di Annecy International Animation Film Festival kjta bisa melihat aneka rupa animasi, dari yang menggunakan teknik tradisional, perpaduan gambar nyata, potongan gambar, dan animasi, yang menggunakan claymotion atau stop-motion, dan teknik lainnya. Di sini seniman atau animator bebas berekspresi. Temanya pun beragam.
Sayangnya dari lima di antaranya, yang telah kutonton, aku tak merasa terhibur. Ada yang membuatku malah bengong tak paham maksudnya, ada yang membuatku kagum dengan teknik dan warna namun juga tak paham akan kisahnya, ada yang mengangkat tema LGBT, dan ada satu yang sadis malah bikin ku mual dan muak.
Wah aku kayaknya salah pilih. Oke kuukas satu-persatu secara singkat. Yang pertama adalah “Affairs of The Art” karya Joanna Quinn yang berdurasi 16 menitan.
Kuakui gambar dan warnanya indah. Animasi ini dilukis tangan oleh Joanna. Kisahnya tentang keluarga aneh Beryl yang memiliki DNA berupa obsesi. Beryl terobsesi dengan menggambar. Namun tidak dengan kakaknya, Beverly yang gemar menyiksa hewan.
Aku hanya penasaran dengan animasi ini karena animasi ini raih nominasi Oscar. Namun animasi ini sungguh sadis. Aku tak paham kenapa film animasi sesadis ini bisa lolos nominasi event bergengsi. Tidak, kesadisannya tidak lucu. Memuakkan.
Animasi kedua berjudul “All Those Sensations in My Belly” berdurasi delapan menitan. Gambarnya relatif sederhana. Warna dan gambarnya cukup menarik, namun aku tak tertarik dengan tema LGBT. Tema seperti ini sekarang sepertinya muncul di mana-mana, seiring makin gencarnya kampanye pelangi.
Ketiga animasi lainnnya berdurasi pendek, kurang dari 10 menit. Film “Dad is Gone” bercerita tentang ayahnya yang ternyata sosok hantu. Animasinya jenis eksperimental. Demikian juga dengan animasi berjudul “On Time” berlatar Jepang. Animasi ini mempertemukan kehidupan modern dengan unsur tradisional Jepang seperti haiku dan origami. Menarik, tapi aku hanya bisa menebak-nebak maknanya.
Mungkin di antara kelima animasi yang kutonton yang paling mending adalah “Mom”. Animasi ini memperlihatkan seorang anak perempuan yang berlari mencari ibunya. Rupanya aktivitasnya disorot kamera dan ditayangkan global.
Namun entah kenapa ia kemudian berhenti melakukannya dan ia seperti memasuki alam mimpi ketika ia masih bersama ibunya. Ia yang masih kecil nampak bahagia, bersenang-senang dengan ibunya. Gambar dan teknik animasinya bagus. Demikian pula dengan pilihan warnanya.
Festival ini sudah tua. Mulai ada sejak tahun 1960 di Annecy, Prancis. Ia menjadi sebuah kiblat para animator. Selain film animasi pendek, juga ditayangkan film animasi panjang. Ada banyak film Jepang dan film animasi populer yang ditayangkan di sini dan sebagian masuk nominasi atau pemenang Oscar. Menarik.
Gambar dari cinerupa, silex Films dan annecy