Belajar Buat Skenario Film, Ternyata Tidak Gampang

Belajar membuat skenario film
Jumat malam aku kembali mengikuti kelas skenario. Perhatianku terpecah dua, antara acara komunitas dan mengikuti praktik kelas skenario, namun akhirnya fokusku lebih ke kelas skenario karena ada kritikan yang menyentilku. Selain itu juga sudah ada rekanku yang mengambil alih untuk mengatur jalannya acara komunitas yang diadakan secara daring.

Sebelumnya aku mengikuti kelas skenario secara intensif mulai bulan Februari dan kemudian sempat mengikuti magang sekitar satu bulanan sebelum bulan puasa kemarin. Dari pelajaran yang kudapat selama mengikuti sesi kelas dan magang, ternyata bikin skenario film itu tidak mudah. Premis dan sinopsis film tak hanya menarik, namun memiliki alur yang logis dan mudah dipahami.

Sebenarnya aku sudah pernah mengikuti dua kelas skenario film dalam bentuk workshop sehari secara tatap muka dan dalam bentuk kelas online. Namun kedua pelatihan tersebut baru sebatas pengenalan dan materi, belum sampai ke praktik langsung hingga skenario film yang kubuat jadi.

Mengapa aku tertarik dan nampak serius belajar membuat skenario film?

Aku menyukai cerita, baik cerita dalam novel maupun yang dihidupkan. Cerita dalam bentuk skenario bisa dihidupkan dalam bentuk panggung teater atau dalam rupa film.

Aku ingin suatu ketika bisa membuat cerita yang menarik. Sejak kecil aku suka sekali menonton film. Ketika dewasa hobi ini makin menjadi-jadi. Untunglah, berkat makin banyaknya platform streaming legal, akhirnya aku bisa melakukan hobi tersebut di mana saja. Tak harus sering-sering ke bioskop. Aku bisa menyaksikannya saat pekerjaan kantor telah usai dan setelah menyelesaikan pekerjaan rumahan.

Dari kebiasaan menonton film, aku belajar banyak hal. Poin terpenting, film itu bagus jika skenario filmnya itu bagus. Titik.

Tak cukup mengandalkan bintang film beken, visual yang cakep, ataupun musik soundtrack yang keren. Mereka semua tak bisa mengangkat sebuah film bila alur dan ceritanya amburadul.
Nah, setelah pondasi utamanya yakni ceritanya bagus. Maka poin berikutnya adalah dialog, karakterisasi, dan pengembangan karakter.
Inilah yang ingin kupelajari dan kuasah selama mengikut kelas penulisan skenario film.

Buku skenario film

Aku juga mengoleksi beberapa buku skenario film seperti film “Kartini” (dokpri)


Nekat Pitching Naskah dan Membuat Film Pendek
Ketika akhirnya kesempatan untuk praktik ilmu yang kudapatkan datang, aku nekat. Aku mencoba-coba memasukkan naskahku ke tiga event festival film untuk pitching naskah. Jika naskah film kita terpilih maka kita akan dimentori dan mendapat bantuan dana produksi hingga film tersebut siap tayang.

Namun pengalaman dan jam terbangku masih sangatlah rendah. Aku amatiran. Aku gagal. Proposal naskah film pendekku tidak ada yang lolos dan menarik dewan juri. Aku sadar diri.Judul film pendekku tak menarik dan premis cerita yang kubuat sepertinya tidak istimewa. Bukan sesuatu yang benar-benar unik dan menarik.

Dari situlah aku percaya bahwa pengalaman dan latihan itu penting. Tak apa-apa aku gagal, asal aku sudah berani mencoba.

Dari pengalaman gagal itulah aku bisa melihat karya-karya mereka yang lolos dan menarik dewan juri. Oh judulnya memantik rasa ingin tahu. Ooh ceritanya menarik. Ide ceritanya itu sesuatu yang bisa ditemui di keseharian, tapi tetap menarik untuk disimak. Dialog-dialognya itu seru, kocak, tapi tidak norak.

Gagal itu tidak enak. Gagal itu bikin kecewa. Tapi jika tidak gagal maka mungkin aku bakal besar kepala dan enggan untuk kembali belajar.

Di satu sisi aku gagal menarik dewan juri untuk memerhatikan usulan naskah film yang kubuat. Di sisi lain aku juga mencoba nekat untuk membuat film pendek. Bila aku tak berani mencoba maka selamanya aku tak akan melakukannya. Portofolioku kosong dan aku bakal selalu tak percaya diri karena tak punya pengalaman membuat naskah film pendek dan terlibat dalam membuat film pendek.

Kami bertujuh kemudian memutuskan membuat film pendek. Aku menyusun ide cerita dan pengembangan ceritanya dibantu oleh Uwan. Sebuah cerita yang terinspirasi dari dongeng si Peter Rabbit yang nakal juga dongeng-dongeng tentang penghuni hutan yang sangat mencintai alam sekelilingnya.

Ya, ketika akhirnya naskah tersebut itu dihidupkan aku merasa lega. Meski memang belum sempurna karena ini percobaan kami kali pertama, namun setidaknya inilah pijakan kami pertama.

Kelinci

Ide ceritanya dari kelinci yang penasaran dan mencintai alam (dokpri)


Terus Belajar, Praktik, dan Menyimak Film
Untunglah saat ini penetrasi internet di Indonesia makin cepat dan merata. Jaringan IndiHome dari Telkom Indonesia begitu banyak dan menyebar ke berbagai daerah, sehingga mereka yang berada di luar Jabodetabek juga bisa memanfaatkan internet seperti mereka yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya.

Tips membuat naskah film

Tips membuat naskah skenario film dari beberapa kelas yang pernah kuikuti (dokpri diolah dengan Canva)


Dengan kualitas akses internetnya Indonesia yang makin baik ini aku bisa mendapatkan manfaat internet dalam bentuk akses dan wadah untuk belajar skenario film.

Dulu rasanya sulit untuk menemukan wadah dan komunitas belajar membuat naskah skenario film. Apalagi bagi aku yang bukan lulusan seni dan ilmu komunikasi.

Oleh karenanya dengan perkembangan teknologi internet yang makin cepat, aku sangat terbantu. Aku bisa menemukan komunitas pecinta film yang tak hanya suka menonton film, melainkan juga ingin bersama-sama belajar membuat naskah film dan memfilmkannya.

Aku menemukan kelas-kelas membuat skenario film dari yang gratis hingga berbayar. Aku juga bisa mendapatkan buku-buku contoh skenario film/panggung, baik yang berbahasa Indonesia maupun yang dari mancanegara.

Ya, aku menemukan tempat dan akses untuk belajar membuat skenario film yang tak terbatas. Tinggal kemauanku saja seberapa ingin aku menguasainya.

Dengan kualitas akses internet yang disediakan IndiHome, aku juga bisa menyaksikan film-film dari platform film legal dengan lancar dan stabil. IndiHome juga memiliki paket seru, misalnya paket IndiHome dengan Netflix atau IndiHome dengan Disney Plus. Alhasil, aku bisa nonton streaming dengan stabil dan lancar dengan menggunakan IndiHome.

Sambil terus tekun belajar membuat naskah film di kelas daring, aku bisa mencoba untuk praktik melakukan pitching naskah film pendek. Sekaligus, tetap intens menonton film untuk belajar bagaimana membuat premis, alur, mendesain penokohan dan memberikan penutup yang menarik.

Ya aku yakin praktik dan berlatih tak akan mengkhianati hasil. Dengan IndiHome aku bisa melakukan aktivitas tanpa batas di bidang film.

Terus berlatih

Terus berlatih dan praktik membuat skenario film (dokpri diolah dengan Canva)


Ehm siapa tahu nanti naskah film lolos mendapatkan pendanaan amiiin. Dan siapa tahu aku bisa punya dua profesi, jadi konsultan TI dan penulis skenario film. 

Iklan

~ oleh dewipuspasari pada Juli 17, 2022.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

 
%d blogger menyukai ini: