Berawal dari Ulas Film Jadi Belajar Bikin Film

film

Dulu Sabtu sore adalah waktu yang istimewa bagiku. Aku selalu sigap di depan televisi, menyaksikan tayangan “Cinema Cinema” yang dipandu oleh Mayong Suryo Laksono dan Ira Wibowo. Aku suka cara mereka memandu dan mengulas trailer film sehingga membuatku begitu penasaran untuk menontonnya. Hingga sekitar tahun 2008, aku mulai membuat ulasan film di blog. Tak dinyana kebiasaan membuat ulasan film tersebut kemudian memberikanku peluang. Kebiasaan itu memunculkan semesta baru di kehidupanku.

Aku suka menonton film. Sejak kecil ayah sering menyewakan kaset-kaset film untuk kami tonton beramai-ramai melalui pemutar video Betamax. Era video player Betamax kemudian digantikan dengan VCD dan DVD player. Pada akhir tahun 90-an dan 2000-an awal ada banyak penyewaan VCD dan DVD player.

Referensiku untuk tontonan yang utama adalah tayangan “Cinema-Cinema”. Aku jarang melewatkannya. Aku dulu juga mengkliping rubrik ulasan film di Jawa Pos, bahkan menggunting poster film yang dulu juga suka muncul di koran. Hingga suatu ketika aku memutuskan bergabung dengan ekskul teater saat duduk di bangku SMA. Selain belajar berakting, kami juga diajarkan untuk membuat naskah skenario sederhana.

kartu pos film

Aku juga suka mengumpulkan kartu pos film (dokpri)



Ketika kuliah, aku mulai larut dengan tugas-tugas dan praktikum. Saat itu aku jarang menonton di bioskop karena aktivitas perkuliahan dan unit kegiatan mahasiswa yang sangat padat. Begitu juga ketika aku mulai bekerja, kupikir dunia film telah meninggalkanku. Aku hanya sebagai penikmat.

Namun kemudian entah bagaimana aku memutuskan membuat blog pribadi pada tahun 2008. Awalnya aku menulis di catatan Friendster dan menulis di rubrik Suara Warga di Suara Merdeka, namun aku merasa kurang leluasa. Kemudian aku membuat blog, tanpa memikirkan bagaimana template dan desainnya. Yang awalnya kuisi seminggu 1-2 kali, kemudian semakin sarat dengan tulisan, karena aku kemudian menulis setiap harinya di blog.

Salah satu kategori artikel yang kusukai adalah membuat ulasan film. Aku mulai membuatnya tahun 2008. Bekal yang kubawa untuk membuat ulasan film adalah kebiasaanku dulu membuat ulasan buku, selain pengaruh dari tayangan “Sinema-Sinema” dan ulasan film di media cetak. Menurutku membuat ulasan film dan ulasan buku itu mirip-mirip karena memuat faktor intrisik, ekstrinsik, kesan kita terhadap film, dan sebagainya.

nobar

Dulu aku hanya penikmat film lalu jadi blogger film (dok. Agung Han)

Aku tak memusingkan format yang benar saat itu atau bagaimana membuat ulasan film yang baik. Yang penting aku menyampaikan pendapatku dan kesanku terhadap suatu film. Jika jelek, ya kutulis saja filmnya membuatku mengantuk atau jalan ceritanya seperti film-film kebanyakan.

Aku tahu tulisanku dan pembahasanku tentang film masih dangkal. Oleh karenanya aku berlatih dan berlatih. Pada tahun 2014 aku mulai rajin menulis ulasan film, bahkan bisa dua hari sekali atau seminggu dua kali aku mengulas sebuah film. Aku belajar tentang istilah teknis yang biasa digunakan di film, aku juga rajin membaca situs-situs luar negeri yang mengulas film. Favoritku di IMDb, Rotten Tomatoes,juga Roger Ebert. Untuk dalam negeri, aku suka membaca ulasan film di Cinema Poetica dan di website Film Indonesia. Dari mereka aku belajar, dengan tetap memberikan sentuhan khas dan gayaku sendiri. Beberapa buku tentang film, baik tentang tokoh-tokoh film dan istilah film kulahap dengan antusias.

Aku semakin rajin mengulas film. Selain di blog pribadi, aku juga sering menulis tentang ulasan film di Kompasiana dan platform blog keroyokan lainnya.

nobar film thailand

Nobar dan bertemu aktor aktris Thailand (dokpri)

Dari sekadar mengulas film, kemudian terbukalah dunia tersendiri. Aku bergabung dengan berbagai komunitas pencinta film. Lewat komunitas film, aku bisa berdiskusi dan sambil mereferensikan film. Lalu ada tawaran menjadi kontributor di media film dan majalah film daring dan menjadi penulis eksklusif di sebuah platform menulis khusus untuk menulis semua hal tentang film.

Di plaform tersebut aku tak hanya menulis ulasan film, tapi semua topik tentang film, bisa dimulai saat ada rumor film akan dibuat dan jajaran pemainnya, reaksi netizen dengan perilisan poster dan trailer-nya, hingga paska film beredar, apakah filmnya menjadi box office atau malah flop. Saat menjadi penulis eksklusif ini cakrawalaku makin terbuka. Ada banyak hal yang bisa ditulis tentang film, dari poster, jajaran pemain,trailer, hingga bagaimana pesan implisit dan eksplisit dalam film. Aku menjelma dari sekadar pengulas film jadi movie enthusiast.

Karena kebiasaanku menulis tentang film, maka kemudian Pak Agung Han menawariku menjadi salah satu admin komunitas film Kompasiana alias KOMiK. Aku, Pak Agung, dan Dina kemudian merancang berbagai kegiatan yang dulu belum pernah diadakan oleh KOMiK. Menjadi pembawa acara dan moderator workshop film, misalnya. Sudah lama aku tak pernah berbicara di depan umum saat itu, sehingga kegiatan tersebut memicu kepercayaan diriku.

Jadi nominasi best spesific interest di Kompasianival dua kali

Jadi nominasi best spesific interest di Kompasianival dua kali (sumber: screenshot Kompasiana)

Dapat hadiah dari Kemdikbud

Dapat hadiah dari Kemdikbud (sumber: screenshot Mendikbud)


Gara-gara menulis tentang film,aku kemudian mendapat penghargaan berupa nominasi best in specific dua kali di Kompasianival. Yang membuatku gembira ketika aku terpilih menjadi salah satu pengulas terbaik oleh lomba yang diadakan Kemdikbud pada tahun 2020 dan reviewer of the month di platform Recome pada 2022. Itu hal yang menyenangkan.

Oleh karena di komunitas film ada beragam latar belakang di mana di antaranya pembuat film dan penulis skenario film, maka aku kemudian tergelitik untuk ikut membuat film. Aku mengikuti workshop membuat skenario film, dari yang sehari, yang diadakan oleh Ernest Prakasa, hingga pelatihan intensif yang diadakan Indonesia Sinema Persada. Aku juga mengikuti kelas-kelas online tentang film yang diadakan oleh Coursera dan LinkedIn, baik tentang pembuatan skenario film maupun yang sifatnya lebih teknis.

Buku pertama KOMiK tentang film (dokpri)

Buku pertama KOMiK tentang film (dokpri)

Majalah  pertama KOMiK tentang film (dokpri)

Majalah pertama KOMiK tentang film (dokpri)

Buku kedua  KOMiK tentang film (dokpri)

Buku kedua KOMiK tentang film (dokpri)

Sekitar tahun 2019 aku mulai mengomandani KOMiK. Ada beberapa terobosan yang kubuat agar anggota yang kami sebut Komiker, bukan hanya sebagai peserta nonton bareng alias nobar dan pengulas film, namun lebih dari itu. Kami mulai rajin membuat buku tentang perfilman, di mana buku-buku dengan topik ini masihlah terbatas. Hingga kini sudah ada empat buku yang dibuat, dari “Sinema Indonesia Apa Kabar”, “Kumpulan Naskah Skenario Film Pendek”, “Sejarah dan Perjuangan Bangsa dalam Bingkai Sinema”, serta “Perempuan dan Sinema”. Selain buku juga ada sekitar 20-an majalah daring khusus film yang kami buat.

Komunitas Bloggercrony Indonesia Ikut Membuka Jalan
Tahukah kalian bahwa hal-hal yang nampak kebetulan bisa jadi memang jalannya, bukan sekadar kebetulan. Kak Wardah Fajri bersama komunitas Bloggercrony Indonesia dulu sampai sekarang suka mengajak anggotanya untuk datang di acara konferensi pers dan nonton bareng film Indonesia. Aku ingat beberapa kali mengikuti acaranya, seperti film “The Professionals”, “Chrisye”, dan “Meet Me After Sunset”. Bloggercrony juga pernah mengajak untuk kampanye salah satu film “Star Wars”, yaitu “Rogue One: A Star Wars Story”. Ini menyenangkan karena aku juga salah satu fans franchise tersebut. Waktu itu aku mendapat hadiah untuk lomba penulisan artikel event tersebut.

Konferensi pers Meet Me After Sunset (dokpri)

Konferensi pers “Meet Me After Sunset” (dokpri)

Wawancara Arifin Putra (dokpri)

Wawancara Arifin Putra (dokpri)


Saat konferensi pers film “The Professionals”, aku memberanikan diri untuk mewawancarai beberapa pemerannya, seperti Arifin Putra. Sudah lama aku tak melakukannya, dan pengalaman tersebut lagi-lagi menumbuhkan kepercayaan diriku.

Dan salah satu event di Bloggercrony yang memberikan pengaruh kepadaku adalah event “Blog to Book”. Waktu itu Kak Wawa mengundang salah satu penerbit dan Pak Ang Tek Khun sebagai pembicara. Dari event tersebut aku kemudian tertarik untuk membukukan tulisan-tulisanku di blog, termasuk mendorongku untuk membuat buku antologi tentang perfilman dan majalah khusus film yang bisa dinikmati gratis.

Entah bagaimana caranya, aku kemudian berani menyapa Pak Ang Tek Khun. Beliau adalah kompasianer senior dan dulu redaktur di salah satu penerbit bergengsi. Aku segan kepadanya. Kini kami adalah partner yang sama-sama mengembangkan majalah KO-Magz, majalah film buatan KOMiK. Beliau juga membantuku mengedit sebagian buku “Sejarah dan Perjuangan Bangsa dalam Bingkai Sinema”.

Pak Khun

Pak Khun menjadi narasumber di event Bloggercrony (dokpri)

 

Buku keempat KOMiK di mana penyuntingan dibantu Pak Khun (sumber gambar: Denik)

Buku ketiga KOMiK di mana penyuntingan dibantu Pak Khun (sumber gambar: Denik)

Dari sekadar mengulas film, kemudian tumbuh tekad dan keberanian untuk membuat film pendek. Kami kemudian membuat film pendek yang naskahnya kutulis. Filmnya sudah jadi dan kini kami coba submit ke sebuah festival film sebelum kami luncurkan secara resmi. Ini sebuah langkah yang bagiku besar dan seperti angan-angan yang kemudian mewujud. Aku yang dulu hanya seorang cinephile kemudian berani membuat skenario film dan membuatnya jadi film pendek.

Kini aku juga beberapa kali menjadi pembicara dan pemandu acara berkaitan dengan film yang diadakan oleh komunitas,atau yang berkolaborasi dengan Kompasiana dan Cinemags. Rasanya menyenangkan bisa ngobrol dan wawancara dengan sutradara film “KKN” dan film “Gara-gara Warisan”.

mas away

Mas Away pernah memberikan materi tentang mindmapping dan menulis efektif (dokpri)


Bersama Bloggercrony aku juga terus belajar menulis dan mengembangkan blog. Lewat tema storytelling, membuat kalimat efektif dari mas Anwar Natari alias mas Away, aku terus berupaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas tulisanku.

Yang kusuka dari Bloggercrony, komunitas Bloggercrony memfasilitasi blogger Indonesia mengembangkan kualitas dirinya, membangun jejaring positif, meningkatkan produktivitas dengan menciptakan tulisan/konten yang informatif, bermanfaat dan inspiratif, serta berdaya mandiri dan profesional.

Aku masih terus berlatih menulis dengan menulis tiap hari dan rajin membaca buku, siapa tahu ada bukuku yang difilmkan (dokpri)

Metamorfosis Si Pengulas Film dari hobi nonton hingga belajar bikin film (dibuat dengan Canva)

Aku #BanggaJadiBlogger dan menjadi bagian dari Komunitas Bloggercrony Indonesia. Dari yang awalnya hanya penikmat dan pengulas film, kini aku menciptakan peluang sendiri dengan ikut terlibat membuat film. Kalian bisa ikut menjadi bagian Bloggercrony dan mengikuti eventnya dengan mengikuti medsos mereka di Instagram/Twitter @bloggercrony

Iklan

~ oleh dewipuspasari pada Agustus 3, 2022.

Satu Tanggapan to “Berawal dari Ulas Film Jadi Belajar Bikin Film”

  1. Itu yg namanya dari passion bisa jadi income ya mba 😄. Dan mengerjakan sesuatu dari apa yg kita suka, pasti rasanya juga beda. Lebih semangat dalam melakukan.

    Blogger cronny juga komunitas yg aku suka. Walopun aku belum pernah ikutan eventnya, secara bentrok Ama jdwal kerja, tapi aku sukaa join di sana. Apalagi baca banyak blog teman2 yg sering di share di sana. Itung2 belajar juga cara menulis blog yg enak dibaca, bisa nambah diksi, juga nambah teman pastinya..

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

 
%d blogger menyukai ini: