Ketika Suka Keluyuran Nonton Festival Musik
Ketika mendengar intro tembang yang kukenal dimainkan, perhatianku langsung mengarah ke panggung. Lagu Sixpence None the Richer yang dulu begitu populer. Permainan musiknya cukup bagus, sayangnya kualitas bola penyanyinya masih harus diasah.
Setiap hari Sabtu seusai jam pelajaran sekolah, kami berkumpul. Akan nonton festival musik di mana? Ada kalanya kami nonton saat Minggu siang, ketika salah satu dari kami manggung. Namun ada kalanya aku nonton sendirian karena kawan-kawan sedang sibuk dengan aktivitasnya.
Itu masa-masa menyenangkan. Kami keluyuran keliling dari festival ke festival musik. Dari satu konser ke konser musik lainnya yang tentunya disesuaikan dengan bujet kami yang pas-pasan.
Jaman itu nonton festival musik banyak yang gratisan. Jika berbayar mungkin paling banter sepuluh ribu rupiah. Biasanya dapat stiker dan merchandise lainnya.
Apabila nonton konser, pilihanku juga terbatas dengan jumlah tabungan dan uang saku. Untunglah jaman itu konser band-band lokal dan nasional tak begitu mahal. Nonton Dewa, Padi jaman itu masih bisa di bawah lima puluh ribu rupiah.
Yang penting adalah ijin ortu. Soalnya ada kalanya aku nonton festival sepulang sekolah atau nonton konser malam hari. Biasanya harinya konser jarang akhir pekan, jadi harus ekstra untuk bujuk orang tua saat itu.
Untunglah nilai sekolahku cukup baik. Setidaknya masih satu atau dua besar sesekolah saat itu, sehingga ortu tak begitu cuap-cuap melarang kebiasaanku keluyuran mendengarkan musik. Asal nilaiku masih baik, ya terserahlah aku, mau latihan teater atau nonton festival, atau keluyuran ke museum dan perpus.
Dulu aku jarang nonton bioskop. Paling kalau diajak kakak atau teman, baru nonton. Itu pun aku pilih-pilih filmnya. Aku lebih suka nongkrong di festival musik daripada nonton saat itu.
Selain suka mendengarkan musik, aku juga banyak mendengar lagu-lagu baru di sana. Jika ada lagu yang baru kudengar dan ku menyukainya, maka kucari infonya di toko kaset.
Saat menyaksikan festival band, kupingku jadi terasah, mana yang musiknya fals, musiknya kekencangan, koordinasi personel yang kurang baik, dan lainnya. Mentas itu susah. Selain soal teknik, juga bisa jadi ada masalah lainnya. Grogi atau demam panggung lainnya.
Aku dan kawan-kawan lalu berpura-pura jadi juri festival. Kami mengomentari setiap permainan mereka bak kami adalah komentator. Itu menyenangkan.
Musik adalah duniaku. Ketika lama tak mendengarkan musik metal, rasanya ada yang kurang, seperti tak minum kopi seharian.
Ehm aku jadi kangen keluyuran nonton festival musik atau konser. Lama-kelamaan aku jadi suka nonton sendirian, karena aku bisa bebas berekspresi. Toh tak ada yang kukenal. Aku juga bisa pindah nonton dari panggung satu ke panggung lainnya dengan leluasa.
Mudah-mudahan Slipknot jadi konser ke Jakarta tahun depan.